Orkestra alam masih berlangsung menjadi latar. Diselanya, muncul suara sahabat membelai hangat
“Berpegangan!... Hati-hati melangkah!”
Di atas jembatan gantung, di tengah belantara mangrove, makhluk-makhluk ciptaan Tuhan berkilauan sempurna.
Banyak hal menakjubkan tampil secara sederhana. Sesederhana mendekatnya kupu-kupu yang terbang rendah kemudian hinggap di atas kelopak bunga. Ya, bunga-bunga tengah merekah.
Kupu-kupu mulai mengepakkan sayapnya perlahan. Ia mulai menghisap sari madu! Lagi-lagi, ini pemandangan yang tidak setiap hari bisa saya lihat.
Ingatan saya melayang ke masa lalu. Perjalanan jelajah kali pertama. Berada dalam iringan siswa siswi belia yang mengikuti sang ibu guru, langkah kecil ini menapaki tanah padat yang berumput di kedua sisinya. Senandung lirih nyanyian sahabat mengiringi. Menghibur dan menenangkan.
“Kupu-kupu yang lucu.. ke mana engkau terbang…
hilir mudik mencari.. bunga-bunga yang kembang…
berayun-ayun… pada tangkai yang lemah…
tidakkah sayapmu… merasa lelah… “
(Lagu: Kupu-kupu yang Lucu. Ciptaan Saridjah Niung/Ibu Sud)
Kupu-kupu sering digunakan sebagai indikator kesehatan lingkungan. Dan ya, mudah sekali menjumpai kupu-kupu di sini. Mereka beterbangan hampir di setiap rerumpunan bunga.
Saya bisa belajar dari alur metamorfosis kupu yang menakjubkan. Dari telur menetas menjadi ulat, berubah menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu yang cantik.