Saya melihat burung kuntul putih meloncat dari persembunyian di semak akar. Juga ketika berada di menara pengamatan burung, ada kawanan kecil sekira tiga burung berwarna coklat kehitaman terbang melesat cepat. Apakah itu burung pecuk ular?
Kuntul putih dan pecuk ular merupakan jenis burung pemakan ikan. Mereka termasuk satwa yang dilindungi. Habitatnya memang di sini. Di area genangan air luas, danau, dan sungai besar.
Sayangnya, saya tidak berhasil mengabadikan momen tersebut dengan kamera telepon genggam. Menggemaskan ya!
Hal ini mengajarkan saya bahwa ada kalanya sesuatu hadir sebagai hadiah spesial. Dalam waktu yang hanya sekejapan, bisa menikmati dengan indera sejati sudah tentu merupakan suatu karunia tersendiri. Kesempatan langka yang tidak terjadi setiap hari.
Dalam jalur jelajah, aneka flora khas hutan mangrove terhidang. Senangnya, ada papan identitas yang terpajang. Ini memudahkan dan menambah pengetahuan jenis tanaman. Api-api (Avicennia marina), Bakau (Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa), Lindur (Bruguiera gymnorrhiza), Waru laut (Hibiscus tiliaceus), Bidara (Sonneratia caseolaris), Bintaro (Cerbera manghas), dan masih ada lainnya.
Berjalan perlahan, kami bergerak menuju jembatan gantung.
Angin menerpa, menyebabkan daun-daun di dahan bergoyang. Celah yang terbentuk menjadi jalan masuk bagi sinar mentari. Sesekali kilaunya jatuh mengenai pipi.
Tepat di depan mata, jembatan gantung telah siap untuk dilintasi perlahan.
Melangkah.. ayo.. bisa.. melangkah lagi.. Pekik seru di dalam hati, di antara aroma kayu dan nuansa magis rimbun pepohonan.
Di bawah jembatan, permukaan air bening dan tenang. Seolah ia tersenyum menyaksikan. Serupa cermin, ia memantulkan semua bayangan makhluk kasat mata yang melintas di atasnya.