Mohon tunggu...
Ria Agustina
Ria Agustina Mohon Tunggu... Penikmat sayur lodeh dan gereh

Kompasianer pemula 🤗

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hutan Mangrove, Wisata Hijau, dan Simfoni Alam di Pesisir Jakarta

30 Agustus 2025   08:58 Diperbarui: 31 Agustus 2025   21:02 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan Mangrove Angke Kapuk dilihat dari Menara Pengamatan Burung (Foto: Ria A)

Saya melihat burung kuntul putih meloncat dari persembunyian di semak akar. Juga ketika berada di menara pengamatan burung, ada kawanan kecil sekira tiga burung berwarna coklat kehitaman terbang melesat cepat. Apakah itu burung pecuk ular?

Kuntul putih dan pecuk ular merupakan jenis burung pemakan ikan. Mereka termasuk satwa yang dilindungi. Habitatnya memang di sini. Di area genangan air luas, danau, dan sungai besar.

Sayangnya, saya tidak berhasil mengabadikan momen tersebut dengan kamera telepon genggam. Menggemaskan ya!

Hal ini mengajarkan saya bahwa ada kalanya sesuatu hadir sebagai hadiah spesial. Dalam waktu yang hanya sekejapan, bisa menikmati dengan indera sejati sudah tentu merupakan suatu karunia tersendiri. Kesempatan langka yang tidak terjadi setiap hari.

Menara Pengamatan Burung. (Foto: Ria A)
Menara Pengamatan Burung. (Foto: Ria A)

Dalam jalur jelajah, aneka flora khas hutan mangrove terhidang. Senangnya, ada papan identitas yang terpajang. Ini memudahkan dan menambah pengetahuan jenis tanaman. Api-api (Avicennia marina), Bakau (Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa), Lindur (Bruguiera gymnorrhiza), Waru laut (Hibiscus tiliaceus), Bidara (Sonneratia caseolaris), Bintaro (Cerbera manghas), dan masih ada lainnya.

Berjalan perlahan, kami bergerak menuju jembatan gantung.

Angin menerpa, menyebabkan daun-daun di dahan bergoyang. Celah yang terbentuk menjadi jalan masuk bagi sinar mentari. Sesekali kilaunya jatuh mengenai pipi.

Tepat di depan mata, jembatan gantung telah siap untuk dilintasi perlahan.

Melangkah.. ayo.. bisa.. melangkah lagi.. Pekik seru di dalam hati, di antara aroma kayu dan nuansa magis rimbun pepohonan.

Di bawah jembatan, permukaan air bening dan tenang. Seolah ia tersenyum menyaksikan. Serupa cermin, ia memantulkan semua bayangan makhluk kasat mata yang melintas di atasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun