Mohon tunggu...
Ria Agustina
Ria Agustina Mohon Tunggu... Penikmat sayur lodeh dan gereh

Kompasianer pemula 🤗

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hutan Mangrove, Wisata Hijau, dan Simfoni Alam di Pesisir Jakarta

30 Agustus 2025   08:58 Diperbarui: 31 Agustus 2025   21:02 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara Pengamatan Burung. (Foto: Ria A)

Kembali ke rombongan jelajah. Setelah eksplorasi dicukupkan, kami makan siang. Sebagian lanjut ibadah di musala yang berada di area pusat kegiatan.

Sekilas Perawatan Area TWA Angke Kapuk

Pengembangan area TWA Angke Kapuk tak lepas dari peran petugas yang melakukan perawatan dan perbaikan. Jalur rawan secara berkala diperiksa.

Menurut Ferdy, seorang petugas TWA Angke Kapuk, bila ditemukan adanya penurunan kualitas, misalnya pada jalur bambu, akan dilakukan peremajaan berupa penggantian. Hal ini dilakukan demi menjaga keamanan pengunjung yang melintas.

Area dalam perbaikan. (Foto: Ria A)
Area dalam perbaikan. (Foto: Ria A)

Setiap perjalanan adalah keajaiban. Dan setiap tempat, seolah memiliki rahasia dan kejutan yang menunggu. Kejutan yang siap ditampilkan kepada siapapun yang mengunjunginya.


“Ayok.. ayok.. naik dulu ke bus, Teman-teman semua, tap kartu sembari bus jalan saja!” Suara Mas Ikhsan mengintruksi.

Pintu bus ditutup, petugas membantu kami men-tap kartu. Meski di-tap, ini gratis! 

Alhamdulillah. Yang satu ini juga kejutan. Bus wisata bertingkat, muncul sesaat setelah kami tiba di halte TJ seberang Tzu Chi School.

Sebagian dari kami langsung mengambil posisi duduk yang nyaman. Sebagian lagi, termasuk saya, naik menuju lantai atas.

Ini adalah kali pertama saya naik bus bertingkat di Jakarta. Setelah memilih tempat duduk, saya segera menyandarkan bahu dan menyelonjorkan kaki.

Suhu sejuk di dalam bus berpelukan dengan rasa kenyang di perut. Yah, mungkin ini kesempatan untuk asyik dan khusyu dengan pikiran sendiri.

Jalur tol dan jalur layang seolah menjadi jembatan. Perlahan namun pasti, mengembalikan kami lagi ke dunia asal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun