Mohon tunggu...
renanda agung kharisma putri
renanda agung kharisma putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa semester 1 jurusan PKK yang memiliki hobi menari, membaca novel, dan mengarang cerita. saya merupakan pribadi yang introvert yang mudah tertarik dengan hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Harus Si Dingin Itu?

29 November 2022   22:23 Diperbarui: 29 November 2022   22:50 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Aku tak peduli." Jawabnya tak acuh

Jun berlalu pergi menuju lantai atas, dengan menggandengku tentunya. Aku bersyukur kali ini ia tidak mencengkeramku.

Aku dibawa olehnya ke suatu kamar yang cukup luas, ralat! Memang luas seperti kamarku. Hufth mengingat kamarku, aku jadi rindu rumah dan ayah. Kami berdua masuk kedalam kamar tersebut, Jun menginstruksiku akan hal hal yang ada dikamar ini, mulai dari pakaian, kamar mandi, balkon, kapan aku harus mandi, dan hal paling gila yang ia perintahkan padaku adalah aku tak diperbolehkan keluar seorang diri dari rumah ini. Peraturan macam apa itu?! Bahkan dia hanya anak pemilik rumah ini tapi dia sok mengatur ngatur segalanya.

"Mandi dan istirahatlah, aku tak ingin kau kelelahan, karena besok kau harus menemaniku ke pesta." Titahnya padaku yang hanya terbalas anggukan

Dia berjalan mengarah ke pintu dengan langkah dingin mengintimidasi khas auranya, tiba tiba baru saja ia menjauh dariku beberapa meter, dia sudah berbalik badan dan mengatakan sesuatu lagi padaku

"Dan satu hal lagi, turunlah pada saat makan malam." Cicitnya lagi

"Aku pasti turun kebawah okay? Kau puas?" Jawabku dengan memutar bola mata kesal

"Dasar gila." Umpatku lirih

Ku kira umpatku tadi tak di dengar olehnya tapi....

 Wushhh....

Dia melesat sehingga sekarang ia tepat berada di depanku. Ia meraih tengkukku dan menciumku kasar, aku terperanjat kaget, Jun mengambil alih bibirku, bahkan dia seenaknya saja memainkan lidahnya didalam mulutku. Setelah beberapa saat ia melepaskan ciumannya, nafas kami berdua tersengal sengal lalu ia mengatakan satu hal padaku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun