Mohon tunggu...
Rendra Prasetya
Rendra Prasetya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manusia Biasa Saja

Tukang Kopi, menjadi biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Spiritual Hambasahaya Sang Pendosa

2 Maret 2024   11:06 Diperbarui: 2 Maret 2024   11:13 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bus kami sudah siap berangkat menuju Mekkah, Ustadz langsung mengambil alih kendali untuk menuntun kita berdoa dalam perjalanan menuju Mekkah dan membahas Syirah Nabawi dan Sejarah Kota Mekkah. Di dalam bis saya mulai memandangi Madinah, kota yang menurut saya adalah Kota special di dalam hati. Kota yang ramah, begitu saya mempredikati sebuah kota yang di bangun oleh Baginda Rasulullah SAW.

Kesan mendalam bagi saya terhadap Madinah, keramahan warganya, tutur katanya, santunnya semuanya membuat saya kerasan dan nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Saya langsung terbang dalam pikiran berates-ratus tahun lalu dimana Baginda Rasulullah tinggal Ketika meninggalkan Kota Mekkah untuk sekalian berdakwah untuk penyebaran Agama Islam.

Ada banyak Surat dalam Al-Quran yang jumlah ayatnya banyak dan tiap ayatnya panjang-panjang, dan itu semua diturunkan di Kota Madinah. Ini menggambarkan betapa nikmat nyaman dan amannya sebuah kota dalam misi penyampaian Wahyu dari Allah SWT oleh Nabi Muhammad SAW dalam rangka dawah Agama Islam.

Contoh Rahmatan Lil Alamin ini memang sungguh terpancar di Kota Madinah, dengan struktur tanah yang datar, Kota Madinah begitu nyaman untuk kita eksplore bagaimana kehidupan dan interaksi sosialnya. Ini contoh kota paling nyaman di dunia menurut saya.

Ustadz mengumumkan jamaah untuk turun dan melaksanakan Miqat di Masjid Bir Ali. Ritual ini adalah syarat untuk berniat melaksanakan umrah di kota Mekkah di Masjidil Haram. Semua Jamaah turun bersuci dan melaksanakan Shalat Sunnah dengan mengenakan Ihram sebanyak dua rakaat dan berdoa. Setelah selesai Shalat, kami berkumpul dan Ustadz menyampaikan hikmah dan berkah ibadah perjalanan umrah sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan berbagai kondisi tragis dan penuh ancaman. Begitu berat dan berbeda dengan yang kita alami. Setelah selesai kami Kembali menuju bis untuk melanjutkan perjalanan.

Bis kami berhenti di Rest Area setelah kurang lebih 3 jam perjalan lagi menuju Kota Mekkah bagi jamaah untuk melaksanakan Umrah. Jarak tempuh Madinah ke Kota Mekkah kurang lebih 6 jam perjalanan darat. Kami berangkat dari Kota Mekkah sekitar jam 2 siang waktu Madinah. Kami berhenti di Rest kedua untuk melaksanakan Sholat Ashar.

Bis Kembali melanjutkan perjalanan, didalam perjalanan saya melihat suasana seputaran menuju kota Mekkah yang tandus berbatuan sayup-sayup Ustadz menyampaikan bagaimana jauhnya jarak tempuh Kota Mekkah ke Kota Madinah yang ditempuh Nabi Muhammad dalm melakukan Hijrah ke Madinah sekaligus menghindari percobaan pencelakaan kepada Nabi dari pihak-pihak yang tidak suka kepada Nabi Muhammad SAW dan Agama Islam dari orang-orang Mekkah. Saya tak bisa membayangkan bagaimana kesulitan yang dihadapi Nabi sepanjang perjalanannya menuju Kota Madinah. Saya saja yang hamba pendosa sudah naik Bis serasa cape dan lama sekali untuk sampai ko Kota Mekkah. Yaa Rasulullah ....perjuanganmu sungguh sangat berat dan belum tentu saya mampu, Ampuni kami Ya Allah...Ya Rasulullah.

Jam tepat pukul 11.00 malam waktu Mekkah kami mulai memasuki Kota Mekkah. Agak terlambat sedikit kami memasuki kota Mekkah, disebabkan Bis kami bermasalah dengan mesin, namun Alhamdulillah kami berhasil tiba di Kota Mekkah dengan selamat. Saya sungguh sangat bersyukur akhirnya menginjakan kaki di kota Mekkah. Kami para Jamaah tiba di Hotel dan bersiap langsung menunaikan ibadah umrah.

Pertamakali menatap Ka'bah              

Kami bersama jamaah berjalan kaki menuju Masjidil Haram, yang jaraknya hanya 250 meter dari hotel tempat kami menginap. Tidak jauh, dari hotel kami berjalan menurun menuju Masjidil Haram sehingga ketika nanti balik ke Hotel dari masjidil Haram tentu saja kami akan menempuhnya dengan menanjak.  

Hati saya berdegup kencang entah apa yang sedang saya pikirkan. Di dalam hati saya  berkecamuk semua perasaan jadi satu, takjub, tak percaya, seraya mimpi, sekaligus takut. Yang saya lakukan saya bedzikir, dan bershalawat itu saja. Tiba di depan Masjidil Haram, kami berhenti tepat di depan Pintu WC 3, Ustadz mengumumkan letak dan ciri pintu masuk ke Masjidil Haram, patokannya ya Pintu WC 3 untuk Laki-laki. Tempat itu jadi titik kumpul jamaah untuk ke Masjidil Haram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun