Mohon tunggu...
Rendra Prasetya
Rendra Prasetya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manusia Biasa Saja

Tukang Kopi, menjadi biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Spiritual Hambasahaya Sang Pendosa

2 Maret 2024   11:06 Diperbarui: 2 Maret 2024   11:13 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JOURNEY TO HOLLY PLACE

(Perjalanan Spiritual Seorang Santri Mbeling Hamba Sahaya Pendosa)

Oleh : Rendra Prasetya

PENDAHULUAN

Saya adalah orang biasa yang seperti kebanyakan umat Islam yang tidak begitu  fanatik dan tidak begitu taat pada kewajibannya sebagai seorang muslim. Terlahir dari keluarga biasa, saya tumbuh kembang di kampung di Tengah Kota Serang Banten. Sejak kecil hanya mengaji dan baca Al-Qur'an pada ustadz kampung dan sesekali pada Kiyai di lingkungan pesantren di Kampung Cipare Tegal Kota Serang Banten. Sejak remaja hingga dewasa hanya dibekali khataman Al-Quran pada ustadz kampung, tak ada kajian kitab atau membedah kitab kuning layaknya seorang santri. Kegiatan hidup remaja hingga dewasa tak ada yang spesifik menjurus pada ketaatan yang fanatic, sedang-sedang saja yang biasa disebut sebagai Islam Abangan. Hanya mengandalkan didikan orang tua dan ustadz kampung saya tetap dibekali rambu-rambu dalam mejalankan syari'at agama. Shalat, ngaji dan berpuasa di Bulan Ramadhan, merayakan Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, Isra Mi'raj dan menghadiri Tabligh Akbar dan Ceramah Dakwah di Kampung sebagai rutinitas kegiatan agama setiap tahunnya.

Hamba Sahaya seperti saya ini rentan melakukan dosa-dosa karena memang hanya berbekal didikan orang tua dan ustadz kampung, sehingga pergaulan pun mengikuti trend Masyarakat kebanyakan saat itu. Hal ini membentuk pribadi dan pemikiran yang moderat bahkan sedikit "loss dol" karena memang bukan berpendidikan pesantren dan tak layak disebut Santri. Maka sejak menginjak dewasa saat itu mendapat julukan Santri Mbeling, anak laki-laki yang melaksanakan shalat dan mengaji tetapi ikut arus pergaulan masa kini saat itu. Merokok, menenggak minuman keras, menghisap ganja ya pernah dilakukan. Berantem dengan anak sebaya, ikut gang dan melakukan duel, beranten satu lawan satu berakhir dengan babak belur tanpa pernah mengalami kemenangan, hehehe.


Kenakalan remaja hingga dewasa saat itu dibarengi dengan kegiatan sekolah seperti ikut kegiatan Pramuka, bermain musik membentuk sebuah group Band semi professional main di kafe-kafe sehingga menghasilkan uang. Kehidupan remaja saya hingga dewasa begitu berwarna, tidak sebaik anak baik-baik layaknya santri yang taat beragama. Pribadi yang terbentuk memang akhirnya jadi kiri menghormati full kebebasan tanpa rintangan agama, bergaul dengan semua kalangan baik sesama muslim juga non muslim serta akhirnya saya mampu berpikiran terbuka.

Seiring berjalannya waktu saya berangsur-angsur haus akan kegairahan spiritual yang sudah lama tak saya jumpai. Saya pernah berlabuh di Gerakan pemurnian Islam atas Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, saya ikuti lewat Gerakan di social media dan youtube. Perjalanan spiritual ini mulai membentuk kesadaran diri atas hamba yang memerlukan TuhanNya serta mencintai Nabi Muhammad SAW.

Pribadi saya mulai sedikit berubah, condong ke kanan dan mulai menggali ap aitu Wahabi, Salafi dan Gerakan Cinta Sunnah Rasul yang digagas anak muda ITB, Akmal Syafri dan Hafidz Ary yang sempat menggetarkan jagat socmed dan dunia nyata di Indonesia. Mereka mendeklarasikan melawan narasi Islam Liberal yang digagas Gus Ulil Abshar Abdalla, Lutfhi Assyaukanie dkk. Sekitar 2 tahun saya ikuti socmed mereka dan gerakannya, bahkan saya sempat ikut melakukan One Day One Juz (ODOJ) yaitu Gerakan membaca Al_Quran 1 hari sebanyak 1 Juz. Saya sempat terpesona dengan semangat mencintai Agama Islam dengan cara kekinian, Dakwah ala-ala anak Muda saat itu.

Tanpa sengaja di tahun 2018 akhir saya tak sengaja mengikuti kajian Kitab Tematik Gus Yai Ulil Abshar Abdalla di Facebook. Beliau mengadakan Ngaji Online mengupas dan mengkaji Kitab Ihya Ulumuddin karya Sang Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Sejak saat itu pikiran saya Kembali lebih terbuka namun sedikit membumi tidak berapi-api atas mencintai Agama Islam. Saya mendapatkan banyak Kebajikan dalam diri atas kajian yang diampu oleh Gus Yai Ulil Abshar Abdalla. Jujur saya makin mencintai Guru Spiritual Online say aini. Bagaimana tidak beliau lah yang akhirnya mampu mengembalikan pikiran dewasa saya atas pemenuhan spiritual keagaman saya atas diri saya yang sebenarnya kosong. Sebagai Santri Online Kyai Ulil ini, saya makin memantapkan diri sebagai "Santri Mbeling".

Saya merasa lengkap atas diri saya, bahwa saya pernah di jalur pemikiran kiri yang sangat liberal saat remaja, sempat belok jadi paham atas ideologi kanan, dan akhirnya Kembali menjadi moderat yang membumi atas bimbingan dalam kajian ngaji online Ihya Ulumuddin yang diampu oleh Gus Yai Ulil Abshar Abdalla. Tetapi saya tetap bukan pribadi muslim yang baik, saya masih bolong-bolong dalam melakukan shalat, tak bis abaca Arab Gundul, tak bisa Bahasa arab, bacaan Al-Qur'an pun tidak fasih seperti anak santri. Tekad saya ikut ngaji Online dengan Gus Yai Ulil Abshar Abdalla hanya untuk mendapat berkah pahala ilmu yang disampaikan oleh beliau.

Saya tetap saja hanya sebagai hamba sahaya penuh dosa, pribadi yang biasa-biasa saja. Hanya sebatas pemikiran yang telah terisi paham kiri, kanan dan moderat. Kalo tindak-tanduk kelakuan sih ya biasa-biasa saja tidak akan pernah terlihat Islami banget sih. Hehehe. Dari sinilah saya memulai perjalanan keimanan yang makin tak terduga dan akan saya ceritakan pada bab selanjutnya.

SANTRI "MBELING"

Label Santri Mbeling saya dapatkan atas dasar pergaulan saja bukan label seorang layaknya santri, bukan. Label ini memang sejalan dengan perjalanan spiritual saya dalam memahami Agama Islam yang saya anut. Tahun 2019 saya membeli buku dengan judul "Sejarah Baitullah", dalam buku itu diceritakan bagaimana Baitullah didirikan sampai dengan kejadian akan diruntuhkannya Baitullah.  Sampai akhirnya Baitullah adalah tempat penyucian dan penyempurnaan iman dan islam seorang muslim. Saya bergetar membaca buku tipis itu, saya dalam hati berujar "Ya Rabb....saya ingin menatap Ka'Bah sebagaimana Engkau syaratkan iman seseorang atas agamanya dan statusnya sebagai muslim.

BAB 1  

Pergolakan bathin yang saya alami berikutnya adalah  menolak dan menerima hadiah barang/uang yang disebut sebagai tindakan gratifikasi yang didalam pekerjaan saya hal itu sangat dilarang untuk dilakukan. Maklum pekerjaan saya yang selalu berhubungan erat dengan "abuse of power" bahwa saya rentan melakukan manipulasi dan penyelewengan kekuasaan seringkali terjebak akan Tindakan "fraud" bahkan melakukan korupsi. Saya berada di kondisi yang sangat sulit. Layaknya saya berada di Hutan Belantara tanpa arah saya sangat berpotensi tersesat bahkan dimakan raja hutan dan habis lah sudah karir saya. Keadaan yang begitu menakutkan butuh keimanan yang kuat. Inilah awal perjalanan keimanan saya sebelum mendapat kesempatan pergi ibadah umrah.

Ketakutan akan mitos

Saya seperti biasa melakukan aktifitas di kantor seperti biasa, penuh dengan tugas baik di kantor ataupun di luar kantor. Pekerjaan saya menuntut saya pergi ke luar kota berhari-hari, ada yang menginap atau pulang pergi tanpa jeda hari. Praktis kondisi aktifitas ini membuat saya seringkali meninggalkan kewajiban sholat dan tak lagi bisa mengikuti kajian ngaji online serta tak lagi bisa melakukan ibadah puasa sunnah. Saya makin terombang-ambing dalam iman, karena tuntutan pekerjaan yang begitu padat. Namun di sela-sela saya melaksanakan shalat saya ingat pesan karib saya sesama jamaah ngaji online bahwa jangan lupa membaca shalawat sebanyak mungkin. Saya lakukan itu, seperti biasa kalo sempat dan ingat saja. Saya memang terlalu disibukkan dengan pekerjaan. Saya selalu lupa atas nikmat yang telah diberikanNYA. Yaa Rabb

Dalam kondisi seperti ini saya hanya lakukan pasrah, dan menyerahkan semuanya padaMU Ya Rabb. Saya memang tak berniat untuk mengubah pola hidup tetapi setidaknya saya lakukan kewajiban sebisa mungkin dan seingat mungkin karena memang saya bukan type orang yang selalu taat. Saya berusaha melakukan hal sederhana saja dan seingat saya saja. Karena jika memaksakan hal-hal yang diluar kemampuan saya, maka saya seolah menipu diri sendiri. Saya tetap mengingatNYA dan memohon ampun atas dosa-dosa yang saya lakukan dalam sujud saya.

Banyak yang menilai bahwa ibadah itu yang Ikhlas sehingga akan datang kekhusyukan pada ibadah kita. Layaknya kita bersedekah, sedekahkan saja harta yang kita miliki jangan ukur besar den kecil harta yang kita sedekahkan tapi keikhlasan lah ukuran yang paling mulia. Kunci beribadah adalah Ikhlas, karena Ketika ibadah kita dengan hati yang gerundel dan tak nyaman maka ibadah kita jauh dari khusyu, yang menghampirinya pasti ada Riya. Jangan sampai itu terjadi.

Saya sempat berada pada kondisi takut akan mendengar bahkan membayangkan untuk menunaikan ibadah haji dan umrah, saya merasa tak pantas dan takut akan cerita orang-orang yang Ketika berada di tanah suci akan dengan terang dan jelas diperlihatkan apa yang perna dosa kita perbuat dan akan angsung dibalas. Hal ini yang membuat hati saya tak berani memikirkan atas nikmatnya ibadah ke tanah suci.

Hidayah datang tanpa diduga.

Bulan oktober  istri saya mengirim berita link pembayaran pemberangkatan Umrah, lewat WhatsApp istri saya mengkabarkan bahwa saya didaftarkan untuk berangkat Umrah pada tanggal 15 -25 Januari 2024 mendatang. Saya shock tapi saya berusaha tenang. Saya pastikan lagi pada istri dengan bertanya "Emang ibu sudah menyisihkan uang untuk melunasinya Bu.?" Bagaimana kalo gak lunas ?. Istri saya menjawab dengan santai, "Insha Allah Lunas, kita berdoa saja atas niat ini. Pokoknya Ayah bisa berangkat Umrah". Mendengan jawaban itu, saya semakin deg-degan dan gak karuan, saya masih gak percaya. Dan apakah istri saya mampu mengatur keuangan keluarga kecil say ini.? Semua pernyataan dalam hati saya berkecamuk, saya masih belum bisa konsentrasi pada niat keberangkatan umrah ini.

Sampai Bulan November Akhir saya masih terus disibukkan oleh pekerjaan di kantor. Saya masih sering ke luar kota. Seperti Biasa istri saya menirim link pelunasan pembayaran biaya Umrah. Di saat itu saya semakin was-was dan bertanya "Yaa Rabb....saya pasrahkan semua niat ini padaMU, karena saya masih harus menyelesaikan tugas dan pekerjaan saya sampai akhir Desember nanti.

Awal Desember saya mulai menyusun rencana dan mengajukan cuti di kantor. Saya urus sendiri lewat bantuan teman di kepegawaian. Semua administrasi kebutuhan cuti saya selesaikan dalam 3 hari. Saya kabarkan kepada istri bahwa surat cuti sudah dikirimkan. Kira-kira tanggal 15 Desember 2024 Surat Cuti saya di'approve' oleh pimpinan artinya saya siap berangkat Umrah. Instri saya tak lama mengabarkan bahwa biaya umrah sudah lunas. Kemudian kami mengurus paspor dan check Kesehatan serta vaksin meningitis. Semua saya dan istri mengurus segala sesuatunya. Terutama istri saya yang mengurus biaya dan persiapan keberangkatan.

Awal Januari saya merasa tenang dan rasa takut itu perlahan hilang, seiring saya pamit pada pimpinan dan rekan kerja. Saya mulai menata hati, rasa was-was itu wajar dan saya mulai berpasrah diri. Ya..kunci kita dalam iman adalah pasrah pada illahi. Cukup itu saja. Pelan-pean hati saya tenangkan dalam diri saya, saya tak lagi berpikiran yang membuat hati ini cemas. Saya mulai tidur seperti biasa dan coba menenangkan diri dengan membaca buku-buku sekaligus melepas penat dalam diri dan pikiran selama beraltifitas di kantor yang sangat padat menjelang keberangkatan.

Pagi itu saya berangkat kerja seperti biasa bareng istri, dalam perjalanan itu saya terbersit berkeinginan untuk ziarah ke makam ibu dan berkeliling ke makam waliyullah di seputaran wilayah Banten. Saya sampaikan niat saya ini pada istri saya, dan istri saya menyutuji. Maka kami memulainya pada hari Jumat, diawali berziarah ke makam almarhum Ibu saya Alm Hj Nunung Suirat Binti Soleman dan Makam Alm Kakek Abah Ismail.

Kemudian saya berkeliling ziarah ke Makam Syech Mansyur, Makam Al Maghribi, Makam Syech Jangkung, Makam Syech Asnawi, Makam Sultan Kenari, Sultan Maulana Yusuf, Makam Pangeran, Makam Sultan Hasanudin Banten.

Prosesi Ziarah ini saya lakukan untuk mendapatkan barokah dan karomah sekaligus mohon izin pamit untuk melaksanakan Ibadah Umrah yang akan saya laksanakan.

Selama melakukan ziarah ternyata perlahan-lahan hati saya mulai mantap melaksanakan ibadah Umrah, walau pas keberangkatan saya mendapatkan kabar bahwa kaka sepupu saya meninggal karena serangan jantung. Saya ambil hikmahnya disitulah saya bertemu keluarga besar untuk sekalian izin dan pamit untuk melaksanakan ibadah umrah.

Hidayah itu dating tiba-tiba bahwa saya berkewajiban mendoakan semua keluarga saya nanti di tanah suci Madinah dan Mekkah, Ya Rabb....semua petunjuk dan pertandaMu sungguh sangat indah.  Saya memantapkan Langkah untuk berangkat ke tanah suci hari ini. Bissmillah.

Bab 2

Tiba di Bandara Terminal 3 Soekarno Hatta pukul 15.00 WIB, koper-koper berisi pakaian yang akan di kenakan  di tanah suci sudah saya letakkan di trolly, berjalan menuju titik kumpul bersua dengan jamaah umrah yang lain. Perasaan saya masih tenang dan mengikuti semua intruksi Pengarah Lapangan dari perwakilan Tour and Travel Umrah. Anak-anak dan istri turut mengantar, juga orang tua sudah tiba di Bandara untuk memberikan doa restu, dan saya bergegas memohon pamit sekaligus doa dari orang-orang yang saya sayangi, mulai dari orang tua, anak-anak dan terakhir istri. Jujur pelukan hangat istri ini yang membuat hati saya luluh bergetar seakan berat melepaskan pelukannya. Saya tiba-tiba berat....dada sesak.

Pengarah Lapangan mengumumkan agar semua jamaah Bersiap, paspor dan tiket dibagikan. Koper bagasi dikumpulkan. Saya sudah berpisah dengan keluarga. Perasaan hampa mulai terasa. Saya sendirian.....

Saya mulai berbaris dan berjalan mengikuti rombongan menuju ticket checking dan scan barang bawaan koper kabin dan semua jaket, jam tangan, tas dompet yang dipakai. Selesai saya menuju ruang tunggu pesawat guna pemeriksaan antrian penumpang pesawat.

Menuju lepas landas ke tanah suci.

Di dalam pesawat Airbus Saudi Arab Airlines wajah cantik senyum sumringah istri saya masih terbayang, namun lambat laun saya tetiba hati ini berdegup keras. Saya mengalami hal aneh bahwa hati ini merasa was-was dan selalu bertanya "Apakah saya berhasil melihat Ka'bah dan juga bisa tiba di Madinah serta shalat di samping makam Nabi Muhammad SAW..?

Jujur saya semakin merasa galau tak karuan. Akhirnya saya terus ucapkan shalawat berates-ratus kali dalam putaran tasbih kayu yang sudah saya persiapkan dari rumah. Saya masih tak percaya bisa menuju tanah suci yang diidam-idamkan semua orang di dunia ini. Saya merasa benar-benar beruntung maka saya tak henti-hentinya bersyukur pada Allah SWT.

Pikiran dan hati saya campur aduk, apakah saya bisa menjalankan ibadah umrah ini.? Saya langsung teringat semua dosa-dasa yang pernah saya lakukan. Saya mengalami ketakutan yang hebat dalam pesawat. Sebagai hamba sahaya saya tidak ingin ibadah saya nanti terganggu, dan perasaan tak karuan ini semata-mata saya mengaku sebagai hamba sahaya penuh dosa.

Pesawat sudah hamprr sampai ke Bandara King Abdul Azis Jeddah Arab Saudi. Saya masih tak percaya. "Ya Allah...Ya Rabb... Saya tiba di Tanah Suci untuk memenuhi panggilanMu Yaa Rabb." Pesawat akhinya landing.... " Dear All Passenger....we've already landed at King Abdul Azis Airport." Seru Pilot Pesawat Arab Saudi Airlines. Penumpang Jamaah Umrah di dalam pesawat mulai antri turun, saya kemudian bergegas merapihkan tempat duduk dan barang bawaan. Tak lupa menarik koper cabin dengan hati yang campur aduk. Akhirnya saya tiba di Bandara Internasional King Abdul Abdul Azis. Antrian mulai mengarah pada saya dan sesaat menuju pintu keluar pesawat.

"Allahu Akbar...! Saya mulai berkaca-kaca..... Saya langsung kabarkan pada istri tak lupa kirim foto saat landing dari pesawat tepat jam 05.30 waktu Jeddah. Sedangkan di Indonesia Jam 01.30 WIB.

Perjalanan Menuju Madinah 

Setelah selesai perjalanan dan menginap di Istambul Turkey dan berkesempatan untuk menunaikan Shalat Isya waktu setempat di Masjid Hagia Sophia sebuah Kawasan prestisius bagu 2 Agama besar yaitu Islam dan Kristen, karena bangunan ini pernah digunakan sebagai Gereja Katedral Umat Kristiani di Turkey. Kini Kawasan itu Kembali difungsikan sebagai Masjid. Saya sempat menikmati relief gambar Yesus/Nabi Isa, indah sekali.

Kami berangkat dari hotel tepat jam 06.30 waktu Turkey dan suasananya masih gelap gulita, perjalanan ke Bandara sekitar 2 jam. Dalam perjalanan saya sempat menanyakan kepada Mbak Guide yang berasal dari Turkey yang fasih berbahasa Indonesia, "kenapa sudah waktu pagi tapi keadaan gelap gulita.?". Dia menjawab bahwa kita masuk di fase musim dingin Dimana siang mengalami waktu yang pendek, tetapi malam mengalami waktu yang panjang.

Kami tiba di Bandara sekitar pukul 08.30, persiapan check ini dan control koper dan barang bawaan termasul jaket, dompet, gelang, dan jam tangan. Tiba di bangku antrian masuk pesawat sekitar pukul 10.00 waktu setempat, sementara jadwal take off pesawat jam 11.30 waktu setempat.

Saya dan rombongan memasuki ruang pesawat Air Bus Saudi Arabia Airlines dan Kembali menata hati. Yeay....akhirnya tiba perjalanan iman dalam rangka ibadah umrah ke tanah suci. Tanah Haram Madinah dan menuju makam Nabi Muhammad SAW, Nabi yang saya rindukan kemuliaannya dan kelembutan hatinya. Tiba di Bandara jam 17.00 waktu Saudi. Kami menuju Madinah menggunakan Bis dan kami di pandu oleh seorang Ustadz asal Lombok Nusa Tenggara Barat. Beliau berperawakan kecil namun bersuara syahdu dan lembut. Beliau memulai menyapa kami dalam bis, dan langsung melantunkan doa perjalanan dan doa meminta keselamatan dan menveritakan Syarah Nabi Muhammad SAW dalam perjalan Hijrah dari Mekkah ke Madinah. Penyampaian beliau nan lembut dan lirih mengenai perjuangan Nabi dalam menegakkan Islam dengan membangun Masjid Nabawi serta segala drama keimanannya, tak sadar saya merasa rindu pada kelembutan Nabi Muhammad SAW, saya merasa ingin memeluk Nabi, tak terasa air mata saya mengalir deras. Saya hanyut dalam syarah yang dibawakan oleh ustadz. Saya rindu sekali ingin berada di samping makam mu Yaa Rasulullah.

Di Masjid Nabawi

Kami tiba di Hotel Concorde Madinah pukul 00.30 waktu setempat dan jarak Masjid Nabawi dari hotel hanya 2 blok saja, sekitar 150 meter. "Dekat sekali...!" gumam saya dalam hati. "Ya Allah....engkau mudahkan dan hilangkan kegundahan hamba, hamba bersyukur sekali Ya Rabb..!". Saya tak henti-hentinya mengucapkan Syukur serta Shalawat pada junjungan Nabi Muhammad SAW. Saya seorang hamba sahaya penuh dosa ternyata sangat-sangat dilancarkan perjalanan sampai ke Madinah ini. Alhamdulillah saya sehat tanpa mengeluh sakit di kaki akibat efek Diabetes, serta badan segar tak seperti Ketika di rumah yang sering meriang dan masuk angin. Demi Allah saya tiba di Madinah segar bugar dan bersemangat tanpa menemui hal-hal yang saya takutkan semenjak keberangkatan dari rumah.

Kami langsung menuju Masjid Nabawi dan shalat di halamannya. Saya Shalat Tahiyatul Masjid, Shalat Taubat, Shalat Hajat dan shalat sunnah lainnya.... Saya bersujud mohon ampunan MU Ya Allah.... Saya terus bershalawat memujimu Yaa Rasul....tak terasa air mata saya Kembali tumpah...Rindu Pada Yaaa Rasul. Saya mengalami hal yang tak biasa...saya sangat ingin berada di samping Makam Baginda Rasul Nabi Muhammad SAW. Hati saya terguncang hebat... Saya mengalami perubahan mental, saya berada di fase seperti masa Hijrah yang dialami Baginda Rasulullah SAW, bahwa saya merasa sebagai Masyarakat Madinah yang sangat mencintai Baginda Rasulullah SAW. Air mata saya terus tumpah.....saya rindu sekali pada mu Ya Rasul. Entah keadaan apa yang menimpa saya, saya pun tidak tahu. Saya oleng seakan melayang. Saya enggan pulang ke Hotel, dan saya berada dititik bahwa saya gak mau pulang ke Indonesia. Nah Lo....????

Saya Kembali mencoba siuman, menata hati dan Kembali bercengkerama Bersama jamaah lainnya, namun hati ini dan mat aini selalu menatap ke Masjid Nabawi. Kami pulang ke Hotel untuk beristirahat. Saya langsung menuju kamar dan langsung tidur untuk persiapan shalat Subuh pertama kali di dalam Masjid Nabawi.

Subuh di Masjid Nabawi

Waktu menunjukan pukul 04.30, saya langsung bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke Masjid Nabawi untuk pertama kalinya, saya bersama teman satu kamar Pak Yudi namanya bergegas menuju ke Masjid. Suhu di Madinah hari itu sunggu Istimewa dengan kisaran 11 derajat celcius. Cukup dingin bagi ukuran seperti tubuh saya ini.  Kami berjalan dari pintu hotel menuju Masjid Nabawi, jam menujukan pukul 04.50 dan apa yang saya lihat.?. Masha Allah semua jamaah subuh sudah menyemut, ramai sekali. Saya jadi was-was apakah saya bisa ke dalam masjid.? Saya ingin sekali shalat di dalam masjid Ya Allah. Begitu doa yang saya panjatkan dalam hati. Suasana di jalan menuju areal masjid sudah dipenuhi jamaah dari berbagai negara. Dan pertama kalinya saya berada diantara ribuan jamaah dengan latar belakang dari berbagai negara di dunia. Saya pertama kali melihat Muslim dari Afghanistan, Pakistan, India, Kazakhtan, Kyrgistan, Turkey, Uzbekistan, China, Jepang, Malaysia, Brunei, Arab Saudi dan negara-negara lainnya. Mereka bisa saya baca dari tanda pengenal di baju mereka. Saya berada dengan umat Islam dari seluruh Dunia, pertama kalinya. Mereka Bersama saya tiba di dalam masjid dan melakukan shalat Subuh 2 rakaat tanpa Doa Qunut. Hehehe...

Pertama kalinya saya menghirup suasana Masjid Nabawi....Yaa Allah...akhirnya saya bisa bersujud di Masjid yang dibangun oleh Baginda Rasulullah dam berdakwah menyiarkan Agama Islam dengan segala kekurangannya. Tak Kuasa sujud pertama saya Kembali meneteskan airmata. Saya tak kuasa mengingat perjuangan Nabi Muhammad SAW, saya merasa sangat berdosa hidup selama di dunia tak pernah melantunkan shalawat....Ampuni saya Ya Allah... Ya Rabb... Hati saya lagi-lagi terguncang....saya tak ingin meninggalkan masjid yang pelan-pelan saya sangat mencintainya. Saya lakukan wiridz, doa, dan ucapkan shalawat semamu saya dan hanya doa-doa dan rapalan yang umum ditambah saja dengan berdoa dalam Bahasa Indonesia. Aah biar saja...yang penting saya panjatkan doa...tak peduli doa saya bukan dengan Bahasa Arab, yang memang saya tak mengerti dan tak saya kuasai. Saya percaya Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT mengerti apa yang saya ucapkan, saya yakin itu.

Hari ke 3 adalah hari terakhir saya berada di Madinah, kesan saya Masyarakat Madinah ramah-ramah sekali dan suasananya tenang dan tenteram, jujur saya jatuh cinta dengan Kota yang dibangun oleh Baginda Rasul ini. Tiba saatnya kami dijadwalkan ke raudhah untuk berziarah dan shalat disamping makam Rasulullah. Semua Jamaah antusias seperti apa Raudhah itu, dan bagaimana suasanannya. Kami rombongan dibagi dua bagian, rombongan laki-laki dijadwalkan setelah Shalat Maghrib. Kami berkumpul jam 16.30 setelah selesai menunaikan shalat ashar di masjid Nabawi. Kami berkumpul di pintu gerbang 320, saya semakin merasa ada hal aneh yang menyelimuti perasaan saya. Saya tiba-tiba sangat ingin sekali bertemu makam Rasulullah SAW. Aneh sekali, saya tak pernah merasakan hal yang seperti ini, merasa kangen, rindu sekaligus haru yang sangat. Ada hal misterius yang saya gak bisa gambarkan itu hal apa yang menimpa diri saya. Saya seakan ingin bertemu orang yang sangat saya cintai dan sangat saya sayangi, seolah seperti saya diundang oleh Baginda Rasulullah secara langsung. Aneh sekali perilaku saya saat itu, benar-benar terjadi tiba-tiba.

Rindu Hebat di Raudhah  

Setelah selesai menunaikan shalat Maghrib di pelataran samping masjid Nabawi, kami rombongan berjalan ke samping kiri menuju Kawasan makam Baqi, kami berjajar menunggu antrian untuk menuju Raudhah. Suasana ramai sekali ada sekitar ratusan rombongan yang diatur oleh para petugas untuk melakukan antrian menuju Raudhah. Jadi kali ini memang tidak bisa bebas untuk bisa shalat atau dengan sengaja menuju raudhah. Selain menggunakan aplikasi, juga harus melalui para perwakilan tour travel umrah dari seluruh negara. Tepat di depan rombingan saya adalah dari Kyrgistan, Pakistan, Jepang dan Turkey. Mereka berjajar berkelompok dengan rapih menuju shaf dan jalur ke Raudhah. Tiba saatnya rombongan kami berjalan menuju jalur ke raudhah, dalam perjalanan menuju Raudhah dada saya berdegup kencang, padahal saya sudah berniat menata hati dan emosi. Tapi tepat memasuki gerbang raudhah dan melihat kompleks Makam Baginda Rasulullah, Abubakar dan Umar dan kami dituntunn tepat di shaff kanan sebelah Makam, saya secara mendadak histeris menangis sejadi-jadinya tanpa sadar. Saya pun gak bisa menahan emosi, semua meledak emosi saya secara tiba-tiba. Dalam shalat taubat dan hajat saya tak bisa menahan tangis. Yang saya rasakan Baginda Rasulullah hadir tepat dihadapan, saya tak berani membuka mata dan menatap Makam Baginda Rasulullah SAW. Saya terus menangis dan menangis bahkan meraung berteriak. Sampai saya dihampiri askar, dan beberapa teman jamaah menenangkan saya. Saya gak peduli saya terus menangis karena saya merasakan hadirnya Baginda Rasulullah....wangi dan energi bersahaja, mulia dan lembut semua rasa kebaikan itu hadir. Saya seolah menumpahkan emosi pada orang yang selama ini saya hanya jauh membayangkannya. Tapi hari itu saya serasa dekat dan merasakan kehadiran Baginda begitu kuat.... Saya terpaksa dihentikan paksa oleh ustadz dan jamaah lainnya. Saya coba cepat sadarkan diri dan melanjutkan untuk berziarah memutar keluar dan jalur masuk yang lain yag sudah diarahkan petugas. Saya lega....merasa tenang...seketika seolah saya sudah menumpahkan keluh kesah, permohonan ampun dan memohon doa pada Sang Baginda Rasulullah SAW.

Subuh Terakhir Di Masjid Nabawi Madinah

Waktu di jam tangan saya ouku 04.00 pagi waktu Madinah, saya coba bergegas dari tempat tidur saya untuk ke kamar mandi. Saya lihat 3 (tiga) orang teman sekamar saya masih tertudur pulas, maklum mereka kelelahan atas kegiatan di masjid Madinah. Ada yang I'tikaf, membaca Al-Quran dan melantunkan dzikir dan berdoa. Selesai dari kamar mandi saya rapih-rapih untuk melanjutkan menuju masjid. Keluar dari hotel suhu menunjukan pada level 17 derajat Celcius. Agaknya suhu mulai bersahabat. Hawa dingin mengiringi Langkah saya keluar hotel menuju masjid Nabawi. Halaman sebelum pintu gerbang masjid dipenuhi oleh sekawanan burung dara yang warna bulu dan sayapnya semua sama taka da warna lain. Saya bergumam di dalam hati, "Koq bisa ya ada burung dara hanya satu jenis saja, bahkan tak ada corak warna yang lain.?"

Di depan pintu masuk yang terlihat sekitar ratusan orang mengantri, dan serempak melepas alas kaki, baik sandal ataupun Sepatu. Semua rapih menuju shaf-shaf masjid yang menurut saya begitu luas, lebar dan nyaman. Tong-tong air zam-zam berlimpah dan semuanya gratis untuk jamaah.

Saya bergegas menuju shaff paling depan, ternyata sudah terisi penuh. Saya hanya sampai di shaff ke-10. Terlihat batas kawasan raudhoh yang ditutupi kain putih. Dibalik kain putih itulah  bersemayam makam jasad jenazah Baginda Rasulullah SAW bersama Sahabat Abubakar r.a dan Sahabat Umar r.a.  Setelah melaksanakan shalat sunnah Tahiyatul Masjid dan Sunnah Qobliyatan sebanyak masing-masing 2 rakaat, tatapan saya tertuju pada balik tirai kain putih itu. Saya mulai berkaca-kaca, dalam hati saya berkata, "Yaa Baginda Rasulullah SAW umatmu yang mbeling dan penuh dosa ini berada di samping/sekitar makam mu. Yaa Rasulullah SAW semoga hambamu ini terlimpah syafaatmu Yaa Rasul..!" Tak terasa airmata jatuh, Kembali saya tak kuasa menahan tangis. "Saya rindu pada Yaa Rasulullah.....!". Tiba-tiba teringat kisah perjuanganmu Ketika hijrah dari Mekkah ke Kawasan Madinah, membangun masjid Nabawi ini hingga wafat. Ya Allah.....ampuni hamba, golongkan hamba Bersama golongan Umat Rasulullah SAW.

Doaku tak pernah henti, tangisku selalu muncul Ketika melaksanakan shalat di Masjid Nabawi. Hatiku sudah terpatri di Madinah. Aku tak ingin menyudahi ibadah shalatku di Madinah. Aku Rindu padamu Yaa Rasulullah.

BAB 3

Tour Leader sudah mengumumkan di group WhatApps Jemaah bahwa "Sehabis Dzuhur Bis sudah siap untuk menuju Kota Suci Mekkah guna menunaikan Ibadah Umrah, dan para jamaah agar mempersiapkan diri dan memakai kain umroh untuk melaksanakan Miqot di Bir Ali sebelum menuju Mekkah". Kemudian Tour Leader menerangkan bagaimana mengenakan kain ihram, bersuci dan berniat ihram bagi kami para jamaah. Saya mulai berkemas, mulai membuka kain ihram tapi saya masih bingung mengenakannya. Saya langsung membuka channel Youtube dan mencari dalam mesin pencari, "cara memakai kain ihram". Ternyata 3 orang termasuk saya di kamar masih belum mahir mengenakan kain ihram. Kami akhirnya  menonton tayangan di channel Youtube untuk mengikuti cara mengenakan kain ihram dengan benar.

 

Perjalanan Menuju Mekkah

Seluruh Jamaah sudah berkumpul tepat di depan Hotel, Tour Leader dan Ustadz sibuk berkoordinasi, dan crew bus bergantian menata koper-koper Jamaah. Saya bersama jamaah asyik memperhatikan dan sesekali naik turun Bus untuk memastikan tempat duduk terisi penuh dan meneliti apakah teman-teman jamaah sudah siap dan memastikan tidak ada yang tertinggal baik barang bawaan atau jamaah itu sendiri.

Bus kami sudah siap berangkat menuju Mekkah, Ustadz langsung mengambil alih kendali untuk menuntun kita berdoa dalam perjalanan menuju Mekkah dan membahas Syirah Nabawi dan Sejarah Kota Mekkah. Di dalam bis saya mulai memandangi Madinah, kota yang menurut saya adalah Kota special di dalam hati. Kota yang ramah, begitu saya mempredikati sebuah kota yang di bangun oleh Baginda Rasulullah SAW.

Kesan mendalam bagi saya terhadap Madinah, keramahan warganya, tutur katanya, santunnya semuanya membuat saya kerasan dan nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Saya langsung terbang dalam pikiran berates-ratus tahun lalu dimana Baginda Rasulullah tinggal Ketika meninggalkan Kota Mekkah untuk sekalian berdakwah untuk penyebaran Agama Islam.

Ada banyak Surat dalam Al-Quran yang jumlah ayatnya banyak dan tiap ayatnya panjang-panjang, dan itu semua diturunkan di Kota Madinah. Ini menggambarkan betapa nikmat nyaman dan amannya sebuah kota dalam misi penyampaian Wahyu dari Allah SWT oleh Nabi Muhammad SAW dalam rangka dawah Agama Islam.

Contoh Rahmatan Lil Alamin ini memang sungguh terpancar di Kota Madinah, dengan struktur tanah yang datar, Kota Madinah begitu nyaman untuk kita eksplore bagaimana kehidupan dan interaksi sosialnya. Ini contoh kota paling nyaman di dunia menurut saya.

Ustadz mengumumkan jamaah untuk turun dan melaksanakan Miqat di Masjid Bir Ali. Ritual ini adalah syarat untuk berniat melaksanakan umrah di kota Mekkah di Masjidil Haram. Semua Jamaah turun bersuci dan melaksanakan Shalat Sunnah dengan mengenakan Ihram sebanyak dua rakaat dan berdoa. Setelah selesai Shalat, kami berkumpul dan Ustadz menyampaikan hikmah dan berkah ibadah perjalanan umrah sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan berbagai kondisi tragis dan penuh ancaman. Begitu berat dan berbeda dengan yang kita alami. Setelah selesai kami Kembali menuju bis untuk melanjutkan perjalanan.

Bis kami berhenti di Rest Area setelah kurang lebih 3 jam perjalan lagi menuju Kota Mekkah bagi jamaah untuk melaksanakan Umrah. Jarak tempuh Madinah ke Kota Mekkah kurang lebih 6 jam perjalanan darat. Kami berangkat dari Kota Mekkah sekitar jam 2 siang waktu Madinah. Kami berhenti di Rest kedua untuk melaksanakan Sholat Ashar.

Bis Kembali melanjutkan perjalanan, didalam perjalanan saya melihat suasana seputaran menuju kota Mekkah yang tandus berbatuan sayup-sayup Ustadz menyampaikan bagaimana jauhnya jarak tempuh Kota Mekkah ke Kota Madinah yang ditempuh Nabi Muhammad dalm melakukan Hijrah ke Madinah sekaligus menghindari percobaan pencelakaan kepada Nabi dari pihak-pihak yang tidak suka kepada Nabi Muhammad SAW dan Agama Islam dari orang-orang Mekkah. Saya tak bisa membayangkan bagaimana kesulitan yang dihadapi Nabi sepanjang perjalanannya menuju Kota Madinah. Saya saja yang hamba pendosa sudah naik Bis serasa cape dan lama sekali untuk sampai ko Kota Mekkah. Yaa Rasulullah ....perjuanganmu sungguh sangat berat dan belum tentu saya mampu, Ampuni kami Ya Allah...Ya Rasulullah.

Jam tepat pukul 11.00 malam waktu Mekkah kami mulai memasuki Kota Mekkah. Agak terlambat sedikit kami memasuki kota Mekkah, disebabkan Bis kami bermasalah dengan mesin, namun Alhamdulillah kami berhasil tiba di Kota Mekkah dengan selamat. Saya sungguh sangat bersyukur akhirnya menginjakan kaki di kota Mekkah. Kami para Jamaah tiba di Hotel dan bersiap langsung menunaikan ibadah umrah.

Pertamakali menatap Ka'bah              

Kami bersama jamaah berjalan kaki menuju Masjidil Haram, yang jaraknya hanya 250 meter dari hotel tempat kami menginap. Tidak jauh, dari hotel kami berjalan menurun menuju Masjidil Haram sehingga ketika nanti balik ke Hotel dari masjidil Haram tentu saja kami akan menempuhnya dengan menanjak.  

Hati saya berdegup kencang entah apa yang sedang saya pikirkan. Di dalam hati saya  berkecamuk semua perasaan jadi satu, takjub, tak percaya, seraya mimpi, sekaligus takut. Yang saya lakukan saya bedzikir, dan bershalawat itu saja. Tiba di depan Masjidil Haram, kami berhenti tepat di depan Pintu WC 3, Ustadz mengumumkan letak dan ciri pintu masuk ke Masjidil Haram, patokannya ya Pintu WC 3 untuk Laki-laki. Tempat itu jadi titik kumpul jamaah untuk ke Masjidil Haram.

Jamaah mulai dituntun oleh Ustadz memasuki Masjidil Haram, saya bertatapan banyak dengan umat muslim dari berbagai bangsa, dan berbagai wajah dan rasnya. Sungguh Masjidil haram adalah tempat paling mulia di dunia, dimana semua bangsa umat muslim dunia berkumpul dan kitab isa berjumpa bahkan bertegur sapa.

Kami memasuki Masjidil Haram, menuruni tangga, sayup-sayup saya mendengar jamaah tawaf dan saya akhirnya melihat Kabah, kami memasuki pelataran Ka'bah. Saya takjub tak percaya akhirnya saya melihat Ka'bah secara langsung dengan mata kepala saya sendiri. Ya Allah......air mata saya jatuh, saya menangis....saya hanya berdoa memohon ampun....ampun...ampun dan ampun Yaa Allah............ Ustadz mulai memandu kami melakukan tawaf sebanyak tujuh putaran . Selama tawaf saya terus khusyuk mengikuti panduan bacaan dan doa yang dilantunkan Ustadz. Sesekali saya menatap Ka'Bah.....menangis...dan selalu menangis......Ampuni hambamu yang pendosa ini Yaa Allah.......

 

Melakukan Sa'i untuk pertama kali

Setelah selesai melakukan tawaf, kami berkumpul di tepi pelataran Ka'bah untuk berdoa dan melaksanakan sholat sunnah dua rakat. Wajah istri dan Almarhum Ibu terus terbayang secara bergantian Ketika saya menatap dalam-dalam ke Ka'bah. Saya menangis lagi... Ya Allah ampuni dosa saya terhadap istri dan Almarhum Ibu saya....dua Wanita itulah yang bisa membuat saya taubat dari pendosa untuk mencoba beribadah padaMu Ya Rabb. Saya panjatkan doa keselamatan barokah untuk kedua Wanita Istimewa itu bagi saya.

Ustadz kemudian mengerahkan kami untuk melakukan ibadah sa'i yaitu berjalan kaki diselingi lari-lari kecil diantara Bukit Shafa dan Bukit Marwah bolak-balik sebanyak tujuh kali. Lagi saya tak bisa membayangkan bagaimana Siti Hajar melakukan ini untuk mencari air untuk menghidupi Si Kecil Nabi Ismail AS karena ditinggal berdakwah oleh Nabi Ibrahim AS. Saya merasakan capenya luar biasa. Yaa Allah ampuniah Hamba.......dan limpahkan lah keberkahan bagi mereka.

Selesai Sa'i kami berkumpul untuk melepaskan lelah barang sejenak di luar area Masjidil Haram, kami melakukan ritual Tahalul  sebagai rangkaian wajib syarat sahnya Umrah yang kami lakukan yaitu  memotong rambut minimal 3 helai. Alhamdulillah.....rangkaian ibadah umrah kami telah selesai.

Saya merasa bahagia, haru dan takjub. Bagaimana tidak, saya yang pendosa, tak pernah belajar di pesantren, tak mampu membaca arab gundul, ibadah shalat pun saya bolong-bolong, dan membaca Al-Quran pun masih terbata-bata bahkan lafadz do'a pun yang umum-umum saja akhirnya bisa beribadah umrah. Ya Allah Yaa Rab..... semua ini atas izinMu Ya Allah. Dan saya percaya bahwa ini adalah panggilanMu pada ku. Terimakasih Ya Allah..... Ampunilah dosa-dosa ku.

Saya hanya pendosa....semoga perjalanan Ibadah Umrah saya ini dapat menghapus segala macam dosa-dosa saya yang perbah diperbuat. Saya taubat Ya..Allah. Ampuni Hamba Ya Allah.......

Semoga secuil catatan perjalanan Rohani saya ini dapat mengubah perilaku saya dan meningkatkan ibadah saya kepada Allah SWT dan selalu bertaqwa padaNYA. Aamiin Yaa Rabb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun