Mohon tunggu...
Rendra Prasetya
Rendra Prasetya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manusia Biasa Saja

Tukang Kopi, menjadi biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Spiritual Hambasahaya Sang Pendosa

2 Maret 2024   11:06 Diperbarui: 2 Maret 2024   11:13 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tetap saja hanya sebagai hamba sahaya penuh dosa, pribadi yang biasa-biasa saja. Hanya sebatas pemikiran yang telah terisi paham kiri, kanan dan moderat. Kalo tindak-tanduk kelakuan sih ya biasa-biasa saja tidak akan pernah terlihat Islami banget sih. Hehehe. Dari sinilah saya memulai perjalanan keimanan yang makin tak terduga dan akan saya ceritakan pada bab selanjutnya.

SANTRI "MBELING"

Label Santri Mbeling saya dapatkan atas dasar pergaulan saja bukan label seorang layaknya santri, bukan. Label ini memang sejalan dengan perjalanan spiritual saya dalam memahami Agama Islam yang saya anut. Tahun 2019 saya membeli buku dengan judul "Sejarah Baitullah", dalam buku itu diceritakan bagaimana Baitullah didirikan sampai dengan kejadian akan diruntuhkannya Baitullah.  Sampai akhirnya Baitullah adalah tempat penyucian dan penyempurnaan iman dan islam seorang muslim. Saya bergetar membaca buku tipis itu, saya dalam hati berujar "Ya Rabb....saya ingin menatap Ka'Bah sebagaimana Engkau syaratkan iman seseorang atas agamanya dan statusnya sebagai muslim.

BAB 1  

Pergolakan bathin yang saya alami berikutnya adalah  menolak dan menerima hadiah barang/uang yang disebut sebagai tindakan gratifikasi yang didalam pekerjaan saya hal itu sangat dilarang untuk dilakukan. Maklum pekerjaan saya yang selalu berhubungan erat dengan "abuse of power" bahwa saya rentan melakukan manipulasi dan penyelewengan kekuasaan seringkali terjebak akan Tindakan "fraud" bahkan melakukan korupsi. Saya berada di kondisi yang sangat sulit. Layaknya saya berada di Hutan Belantara tanpa arah saya sangat berpotensi tersesat bahkan dimakan raja hutan dan habis lah sudah karir saya. Keadaan yang begitu menakutkan butuh keimanan yang kuat. Inilah awal perjalanan keimanan saya sebelum mendapat kesempatan pergi ibadah umrah.

Ketakutan akan mitos


Saya seperti biasa melakukan aktifitas di kantor seperti biasa, penuh dengan tugas baik di kantor ataupun di luar kantor. Pekerjaan saya menuntut saya pergi ke luar kota berhari-hari, ada yang menginap atau pulang pergi tanpa jeda hari. Praktis kondisi aktifitas ini membuat saya seringkali meninggalkan kewajiban sholat dan tak lagi bisa mengikuti kajian ngaji online serta tak lagi bisa melakukan ibadah puasa sunnah. Saya makin terombang-ambing dalam iman, karena tuntutan pekerjaan yang begitu padat. Namun di sela-sela saya melaksanakan shalat saya ingat pesan karib saya sesama jamaah ngaji online bahwa jangan lupa membaca shalawat sebanyak mungkin. Saya lakukan itu, seperti biasa kalo sempat dan ingat saja. Saya memang terlalu disibukkan dengan pekerjaan. Saya selalu lupa atas nikmat yang telah diberikanNYA. Yaa Rabb

Dalam kondisi seperti ini saya hanya lakukan pasrah, dan menyerahkan semuanya padaMU Ya Rabb. Saya memang tak berniat untuk mengubah pola hidup tetapi setidaknya saya lakukan kewajiban sebisa mungkin dan seingat mungkin karena memang saya bukan type orang yang selalu taat. Saya berusaha melakukan hal sederhana saja dan seingat saya saja. Karena jika memaksakan hal-hal yang diluar kemampuan saya, maka saya seolah menipu diri sendiri. Saya tetap mengingatNYA dan memohon ampun atas dosa-dosa yang saya lakukan dalam sujud saya.

Banyak yang menilai bahwa ibadah itu yang Ikhlas sehingga akan datang kekhusyukan pada ibadah kita. Layaknya kita bersedekah, sedekahkan saja harta yang kita miliki jangan ukur besar den kecil harta yang kita sedekahkan tapi keikhlasan lah ukuran yang paling mulia. Kunci beribadah adalah Ikhlas, karena Ketika ibadah kita dengan hati yang gerundel dan tak nyaman maka ibadah kita jauh dari khusyu, yang menghampirinya pasti ada Riya. Jangan sampai itu terjadi.

Saya sempat berada pada kondisi takut akan mendengar bahkan membayangkan untuk menunaikan ibadah haji dan umrah, saya merasa tak pantas dan takut akan cerita orang-orang yang Ketika berada di tanah suci akan dengan terang dan jelas diperlihatkan apa yang perna dosa kita perbuat dan akan angsung dibalas. Hal ini yang membuat hati saya tak berani memikirkan atas nikmatnya ibadah ke tanah suci.

Hidayah datang tanpa diduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun