"Tidak. Aku tidak pernah menyetujui tinggal di sini."
Wanita itu tertawa semakin keras. Aku merinding. Aku seperti melihat seorang penyihir ketimbang seorang ratu.
"Kau tidak ingat? Dunia ini hanya untuk orang jelek, Melati. Kau dan temanmu itu..." Ia menunjuk Resti. "Kalian melanggar aturannya."
Aku menggeleng-geleng. Otakku tidak bisa mencerna perkataan wanita ini.
Wanita itu menyentuh dahinya berlagak pusing. "Baik, akan aku jelaskan." Wanita itu mengibaskan gaunnya dan memasang pose tegak dan melempar senyum walaupun itu bukan senyum yang ramah. "Aku Ratu Miranda. Ratu Kerajaan Cermin. Kau berada di wilayah kekuasaanku. Terima kasih sudah menerima undanganku."
"Lalu apa maksud semua ini?" todongku.
"Kamu tidak perlu menyela, aku pasti jelaskan. Semua yang kau saksikan ini sebenarnya sederhana. Kalian menerima undangan lalu menghadirinya. Ingat, ini untuk orang-orang yang dipandang jelek di duniamu bukan untuk orang yang dinilai cantik sepertimu. Tapi ya... karena sudah telanjur, kami hanya perlu mengambil kecantikan dan ketampanan orang-orang yang menyombongkan itu untuk orang-orang yang dipandang jelek tadi. Tujuan kami mulia, bukan? Dunia kalian sudah cukup jahat bagi mereka. Kami hanya mengajak kalian bertukar posisi saja."
"Tapi... Kau tidak bisa menyamaratakan semua orang. Tidak semua orang memandang fisik. Di luar sana banyak orang yang tulus, di luar sana...,"
"Tapi kamu bukan salah satunya," potong Ratu Miranda.
Aku membisu.
"Sayangnya, kami tidak hanya melihat kecantikan dari wajah dan fisik saja, Melati. Wajah boleh cantik, tetapi sayangnya tidak selalu diikuti oleh hati. Tugas kami adalah mengurangi orang-orang seperti itu. Salah satunya adalah kamu. Aku tahu kemunafikanmu, Melati. Sebenarnya kamu tidak benar-benar menganggap perempuan itu sebagai temanmu, kan?" Ia menunjuk Mira. "Oh, iya, jangan lupa, kau juga dulu suka merundung perempuan lain karena mereka tak secantik dirimu dan yang berusaha menyaingi kecantikanmu tidak kau biarkan lolos. Ingat?"