Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Undangan untuk Orang-orang Jelek | Cerpen Pesta Pena

4 Maret 2025   09:38 Diperbarui: 5 Maret 2025   11:13 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalian sudah siap?" tanya salah satu penyambut tamu.

Aku menatap Resti. Ia begitu bersemangat sama seperti yang lain. Aku hanya mengangguk ragu.

"Baiklah, silakan tuliskan nama lengkap kalian, usia dan cap jari kalian di surat pernyataan ini untuk memastikan bahwa kalian memang merasa jelek dan yakin untuk masuk ke dalam pintu itu."

Sebenarnya aku merasa aneh. Kami harus memastikan diri kami jelek? Aku hampir tersenyum dengan isi surat pernyataan ini, tetapi nada suara para penjaga itu terdengar serius. Resti bisa tersenyum dengan lebar karena mungkin ia tidak begitu ambil pusing. Dengan keyakinan penuh ia melakukan instrukssi dengan baik.

Setelah dipersilakan Resti langsung menarik tanganku menuju pintu. Jujur, serasa ada yang mengganjal di hatiku, terlebih ketika tak sengaja menangkap garis senyum tak wajar dari para penjaga pintu. Terlambat. Aku, Resti, dan yang lainnya sudah masuk ke dalam pintu. Pintu langsung tertutup dan seketika itu Resti dengan yang lain lenyap.

***

Ini jebakan.

"Resti!" Aku memekik.

Aku melihat Resti dan aku merasa ngeri. Ia mencakar wajahnya sendiri sampai kulitnya terkelupas lalu mencakarnya lagi saat kulit wajahnya kembali utuh. Kengerian itu terus berulang dan berhasil pula membuatku muntah berulang kali. Aku ingin menghentikannya, tetapi aku tidak punya ide sama sekali. Menghancurkan cermin ini bisa jadi mencelakakan Resti. Tidak ada jaminan bawa ia akan keluar dari cermin tersebut.

Berbeda dengan Resti, Mira salah satu dari kami justru sebaliknya. Luka bakar di wajahnya lenyap diganti dengan wajah mulus dan lebih cerah dari biasanya. Di dalam cermin ia mengelus-elus wajahnya dan mengagumi tubuhnya yang tanpa busana.

"Hai, kamu sedang bingung tampaknya, ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun