Kamu tidak hanya mengerti pentingnya empati terhadap orang lain, tapi juga menerima dan menyayangi apa yang ada dalam diri termasuk sisi gelap dan kelemahanmu. Sehingga rasa empati dan kasih sayang terhadap diri sendiri akan tumbuh dengan baik yang secara alami akan terefleksikan keluar.
Kamu juga memiliki empati terhadap masalah dan penderitaan orang lain.
Memahami bahwa tak apa menjadi lemah, tak sempurna, bahkan rapuh. Sebab dari rasa sayang itulah lahir kekuatan yang lebih dalam. Dengan ber-empati dan mengasihi orang lain berarti juga empati dan mengasihi diri sendiri.
5. Menerima Diri Sendiri Tanpa Syarat (Self-Acceptance)
Di tahap ini kamu berhenti menyalahkan diri sendiri karena kekurangan, hal buruk, takdir atau kesalahan yang pernah dilakukan. Berhenti lari dari bayangan gelap yang selama ini kamu hindari. Dan mulai berdamai dengan masa lalu serta melepaskan dogma-dogma yang tak lagi sesuai dengan pertumbuhan jiwamu.
Melepaskan diri dari keterikatan atau kemelekatan terhadap norma lingkungan yang membelenggu. Dengan kata lain tak lagi sibuk menjadi “yang ideal” menurut lingkungan atau demi memenuhi ekspetasi orang lain.
Menyadari bahwa hidup adalah Yin dan Yang atau keseimbangan, di mana kebaikan dan keburukan, keindahan dan kejelekan, feminin dan maskulin itu adalah bagian dari eksistensi di dunia yang tidak bisa di sangkal.
6. Mengafirmasi Dirimu dengan Hal Positif ( Self-Affirmation)
Mulai disiplin menjaga kualitas pikiran, perkataan dan tindakan yang bisa meningkatkan daya diri pada hal-hal yang positif karena ingin bertumbuh. Mulai berinteraksi dengan orang-orang dan hal-hal yang membuatmu tumbuh menjadi lebih baik dengan belajar, berlatih, dan selalu mempelajari hal-hal positif yang bisa menjadi versi terbaik dari dirimu.
7. Mengembangkan Diri (Self- Improvement )
Menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan, tapi juga berkembang. Kamu jadi semangat belajar, menggali potensi baru, ikut pelatihan atau kelas tertentu untuk meningkatkan skill dan kemampuan diri.
Bahkan mulai menjelajahi hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Bakat terpendam dan potensi dirimu perlahan bangkit dan menguat. Alhasil kamu jadi punya disiplin yang tinggi, target dan mulai memiliki hidup yang terarah dan terukur.
8. Menambah Pengetahuan sebagai Bekal Hidup ( Self-Knowledge )
Semua orang tahu bahwa belajar adalah proses seumur hidup. Kamu mungkin jadi lebih rajin membaca, menonton tayangan edukatif, atau berdiskusi dengan orang bijak demi menambah wawasan dan upgrade diri. Semua itu bukan sekadar untuk menjadi “pintar” lalu menganggap dirimu paling benar dan merendahkan orang lain. Tapi untuk makin bijak, rendah hati dan memiliki kemampuan decision making atau pengambilan keputusan yang baik.
9. Menguasai Emosi (Self-Control)
Bukan berarti kamu tidak pernah marah, kecewa, atau sedih. Tapi kamu mulai bisa mengatur emosi itu dengan lebih sadar. Tahu kapan harus tenang meskipun dalam situasi yang bermasalah dan penuh ketidakpastian dan kapan harus tegas. Marahmu bukan untuk melukai, bukan karena ego dan menindas orang lain tapi untuk mendidik. Kesedihan bukan lagi sebuah jebakan, tapi jeda untuk menguatkan diri.
10. Mengaktualisasikan Potensimu ( Self-Actualization )
Akhirnya, semua proses itu membuatmu dapat mengaktualisasikan potensimu menjadi pribadi yang aktif berkarya dengan mengeluarkan semua potensi yang dimiliki. Kamu tidak hanya hidup untuk dirimu sendiri tapi mulai mengabdi lewat bakat dan kemampuanmu. Entah itu melalui pekerjaan, tulisan, seni, atau tindakan-tindakan sederhana yang memancarkan cinta tanpa syarat.