Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Gembala Hujan

9 Maret 2022   20:09 Diperbarui: 13 Maret 2022   23:14 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demitri tidak pernah kembali kepadanya lagi dan anak gadisnya dibawa lari oleh menantunya begitu juga orang-orang yang biasa menyewa jasanya tidak pernah lagi datang setelah kabar burung mengatakan anaknya mati sebagai tumbal demit.

Ka Ji kini dianggap gila oleh orang-orang karena sering ngoceh sendiri sambil memegang secarik kertas kosong dan membacanya seolah itu surat.

"Demit goblok! Sudah enak disini bisa makan puas dan santai-santai sesuka hati. Malah pergi ke negara perang mengais barang lungsuran. Asal kau tahu saja di negara asalmu sana kamu akan mati kelaparan karena di masa perang manusia akan sering berdoa dan menghargai setiap makanan yang dapat mereka makan, tidak seperti disini dasar goblok, jin goblok!"


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun