Mohon tunggu...
Rahmi rangkuti
Rahmi rangkuti Mohon Tunggu... Lainnya - KARYAWAN SWASTA

HALO

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka yang Disengaja

30 November 2022   18:23 Diperbarui: 30 November 2022   18:32 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak pernah merencanakan untuk jatuh cinta kepadamu. Aku tidak pernah tau kapan tepatnya aku menjatuhkan hatiku padamu. Tiba-tiba dalam waktu yang singkat , entah dengan alasan apa kau dan aku merasa memiliki banyak kesamaan.

 Kita punya banyak kisah dan prinsip yang akhirnya kita mirip-miripkan. Dan kau percaya bahwa semua (barangkali) sudah menjadi rencana semesta. Kau  percaya awalnya akulah orang yang kau cintai dengan semestinya. 

Sungguh, waktu itu kuserahkan segala kesungguhan hatiku untuk mencintaimu, aku memilih dirimu meskipun aku memiliki banyak pilihan kala itu. Kau tahu rasanya ditinggalkan, aku paham rasanya diabaikan, dengan hati kita yang masing-masing kesepian lalu kita sepakat untuk saling menjaga , menata dan menyatukan hati.

 Semua bermula dengan curhatan dan candaan sederhana yang manis.  Aku pelan-pelan semakin yakin kaulah jawaban atas doa-doa yang pernah kupanjatkan dalam tangis.

Kita bercanda dan tertawa bersama merencakan banyak hal demi mewujudkan impian kita di masa depan. 

Kita menghabiskan waktu agar kita nikmati kebersamaan, hingga hatiku padamu rasanya ketergantungan, semakin lama aku semakin takut kau tinggalkan, 

Ketakutan itu ternyata membuatmu terlihat tidak nyaman, 

namun Kau meyakinkan aku perihal jarak dan waktu bukanlah penghalang rindu. Aku memahamimu dengan segala kesibukanmu. Kita bertaruh demi mewujudkan kedekatan dan membunuh jarak yang menjauhkan. Kau tak pernah mengeluh, semangat mu selalu membara demi menggapai cita-cita mu,  semangat mu semakin membuat ku bertambah kagum padamu, meski pun aku juga tau mungkin saja dirimu pernah didera lelah.

 Aku tidak pernah merasa jenuh meski banyak hal yang harus kutenangkan karena pikiran yang gaduh. Kau dan aku bersepakat untuk tetap menjaga semangat. Kita awalnya bertahan demi hari yang lebih indah di masa depan. Kau paham, bahwa tak ada yang mudah. Katamu, semua butuh diperjuangkan. Ketakutan adalah satu hal yang harus mampu kita kalahkan. 

Saat keberanian itu muncul menggebu-gebu. Entah dari mana asalnya; yang aku tahu aku tak takut apa pun, selain kehilanganmu. Aku menghabiskan waktuku lebih banyak untuk bekerja sembari memikirkan mu, menghabiskan tenaga untuk menekuni hal-hal yang aku suka sambil percaya kau juga disana melakukan hal serupa.

Aku mempertaruhkan segalanya demi kau.  Aku mengorbankan segalanya demi menahan mu disamping ku. Sebab, aku tak ingin kita menjadi sejarah yang dikenang sebagai masa lalu.

 Aku meninggalkan segala rasa nyamanku waktu itu; dan memilih menghabiskan masa mudaku bekerja demi memenuhi kesungguhan hidup bersamamu. Kau pun juga terlihat begitu. Kau lebih rajin bekerja dari biasanya. Sering kali kau ingatkan aku akan target yang harus kita capai. 

Sering kali kau menasehati untuk lebih berusaha memprioritaskan keluarga dibanding segalanya selama kita belum halal, 

Waktu kita semakin dekat, untuk bisa menumpas jarak yang membuat rindu tercekat., terbayang tubuh mu ku dekap lalu mata indahmu ku tatap. 

Namun, pada hari yang tak pernah kuduga. Jam-jam yang kuanggap semua akan baik-baik saja. Kau hempaskankan segalanya. Kau hancurkan semua yang telah kubangun dengan sepenuh jiwa. Kau katakan kepadaku; kita tak punya waktu, kita hanya di pertemukan untuk menjadi teman,  kau ingin menjalani hidup dengan  orang yang berada di masa lalumu, ternyata diam-diam kamu memintanya kembali ke hidupmu. 

Ah, aku sempat ingin berlari meninggalkan kotaku, menangisimu di sepanjang malam ku dan berhayal Menghabiskan hari-hari sedih di kota lain untuk membunuh waktu yang terasa pedih. 

Aku bahkan tak percaya; bagaimana mungkin orang yang kusebut cinta ternyata menusukkan luka. Kau bahkan terlihat tak peduli remuk perasaanku. Kau biarkan aku tenggelam pedih, seolah semua yang kuperjuangkan dan ku korbankan bukan hal yang kau butuhkan. Hingga waktu berlalu; pelan-pelan aku paham satu hal tentang kau. Kau bukan orang yang layak diperjuangkan sepenuh hatiku.

Kau hanya pemain hati yang pandai membakar bara hati tapi tidak bisa memadamkan kobaran ny,

Meski demikian aku tetap berdoa buat kebahagiaanmu, hingga nanti kita di pertemukan dengan perasaan yang sudah terasa asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun