Tanpa itu, family office akan jadi alat canggih untuk menutupi kepentingan ekonomi elite --- dengan stempel resmi negara.
Pelajaran dari Kegaduhan Ini
Perdebatan Luhut dan Purbaya bukan soal siapa yang benar, tapi soal bagaimana publik kini makin peka terhadap istilah ekonomi yang bisa disalahgunakan.
Masyarakat mulai sadar bahwa bahasa teknokratis sering dipakai untuk membungkus agenda pribadi.
Family office hanya satu contoh.
Tapi di balik istilah itu, ada pola lama: elitisme, eksklusivitas, dan penyingkiran partisipasi rakyat.
Penutup: Dari Family Office ke Public Office
Mari balikkan pertanyaan sederhana:
Sebelum bicara family office, bukankah kita seharusnya memperkuat dulu public office --- kantor publik yang melayani rakyat, bukan keluarga penguasa?
Karena masalah utama Indonesia bukan kekurangan investor, tapi kelebihan pejabat yang berpikir seperti pengusaha.
Dan selama logika itu bertahan, setiap istilah baru --- seindah apa pun --- hanya akan menjadi topeng baru dari wajah lama oligarki.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI