Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Family Office Ki Opooo!?: Antara Kekuasaan, Kekayaan, dan Kebingungan Publik

15 Oktober 2025   12:00 Diperbarui: 15 Oktober 2025   12:48 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi family office - Kreasi AI

Apakah nanti hanya segelintir keluarga kaya Indonesia yang diuntungkan?

  • Siapa yang mengawasi aset yang dikelola?

  • Apakah negara akan menanggung risiko jika bisnis keluarga itu gagal?

  • Pertanyaan ini sah. Karena tanpa transparansi, family office bisa jadi jalan halus untuk melindungi atau menyembunyikan kekayaan lewat mekanisme sah di atas kertas.

    Contoh Nyata di Negara Lain

    Di Singapura, family office berkembang pesat karena sistem pajak yang efisien dan pengawasan yang ketat.
    Namun negara itu juga dikritik karena dianggap jadi "surga aset global" tempat orang kaya dunia menaruh uang tanpa terlalu banyak ditanya asal-usulnya.

    Artinya: family office memang bisa jadi mesin ekonomi, tapi juga bisa jadi mekanisme pencucian uang yang elegan kalau tidak diatur ketat.

    Indonesia, dengan sistem hukum yang sering bisa "ditawar", jelas lebih rentan.

    Kritik Publik: Transparansi di Mana?

    Sampai hari ini, belum ada dokumen resmi, naskah akademik, atau rancangan kebijakan jelas soal family office Indonesia.
    Kita cuma tahu istilahnya dari potongan wawancara dan pernyataan pejabat.

    Bagi publik yang sudah kenyang jargon, ini terasa seperti deja vu.
    Mulai dari food estate, sovereign wealth fund, sampai IKN smart city --- semua dikemas indah, tapi ujung-ujungnya: minim akuntabilitas.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun