Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Kebun Kenangan

29 Agustus 2025   02:00 Diperbarui: 28 Agustus 2025   20:23 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lena duduk di antara bunga-bunga yang semarak di tamannya, dikelilingi oleh aroma hangat bunga lilac yang sedang mekar dan kicauan lembut burung-burung. Itu adalah pagi yang damai, dengan angin sepoi-sepoi yang menggerakkan dedaunan di semak mawar kesayangannya. Dia selalu suka merawat taman ini, memelihara setiap tanaman dan menyaksikannya tumbuh. Tapi saat dia menatap mawar, pikirannya mulai melayang ke masa lalu.

"Emily," bisiknya pada dirinya sendiri, "Aku ingat saat kita pertama kali menanam mawar ini bersama. Kita sangat bahagia, sangat jatuh cinta."

Mata Lena berkaca-kaca saat dia memikirkan mantan pasangannya, Emily. Mereka telah bersama selama lima tahun, membangun hidup yang dipenuhi tawa dan petualangan. Tapi hubungan mereka berakhir tiba-tiba, meninggalkan Lena patah hati dan bingung.

"Aku menyirami akarnya dengan air mata yang kutangisi," gumamnya pada dirinya sendiri, mengutip baris dari puisi yang dia tulis tentang hubungan mereka. "Di tanah janji-janji kita, di mana mimpi-mimpi tak berdaya."

Saat dia berbicara, teman sekaligus tetangganya, Rachel, muncul di gerbang taman. "Hai, Lena, aku bawakan kopi dan kue-kue segar. Apa kabarmu hari ini?"

Lena memaksakan senyum, mencoba menyembunyikan emosinya. "Aku baik-baik saja, Rachel. Hanya menikmati taman."

Rachel meletakkan kopi dan kue di bangku terdekat dan duduk di samping Lena. "Aku bisa melihatnya," katanya lembut. "Kamu sedang kesulitan dengan taman ini akhir-akhir ini. Rasanya seperti kamu menggenggam sesuatu yang sudah hilang."

Lena menghela napas, merasa campur aduk antara sedih dan frustrasi. "Hanya saja... aku tidak tahu apa yang kulakukan salah. Aku pikir kita memiliki sesuatu yang nyata, sesuatu yang istimewa. Tapi kurasa aku salah."

Rachel merangkul bahu Lena dengan menenangkan. "Kamu tidak salah, Lena. Cinta tidak pernah salah. Hanya saja... kadang rumit. Dan terkadang tidak berhasil."

Lena mengangguk, merasakan ada gumpalan di tenggorokannya. "Aku tahu. Hanya sulit melepaskan kenangan, melepaskan 'bagaimana jika'."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun