Mohon tunggu...
koko anjar
koko anjar Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Puing Cinta yang Berserakan

7 Januari 2019   23:36 Diperbarui: 8 Januari 2019   00:05 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa mempedulikan pertanyaan Robi, Rani meneruskan omongannya.

"Kamu lanjutkan hidupmu. Kejar apa yang kamu impikan. Satu hal  saja pesanku, sering-seringlah jenguk orang tuaku. Mereka pasti kesepian. Aku kan anak gadisnya yang paling bawel."

Setelah kalimat terakhir, Rani sempat terbatuk beberapa saat. Robi lantas berlari memanggil dokter. Sayang, nyawa Rani tak tertolong lagi. Seperti keinginannya, ia meninggal saat menjalankan tugas dalam misi kemanusiaan.

Malam itu jenazah Rani langsung dibawa pulang ke Kota C dengan kendaraan dinas milik sekolah. Robi dan Pak Eka yang membawanya. Sementara itu rekan-rekannya yang lain masih ditinggal untuk menjalankan misi kemanusiaan.

Tangis bu Lastri pecah ketika dalam perjalanan Pak Eka menghubunginya. Pak Tomo yang sedang piket di kantor langsung beranjak pulang setelah mendapat kabar buruk itu. Jenazah Rani tiba di rumahnya tepat saat adzan Subuh berkumandang.

Wana baru bangun jam 5 pagi. Setelah sholat subuh, ia baru menyalakan hp. Sudah jadi kebiasaan Wana untuk mematikan hp dimalam hari. Betapa kagetnya ia mendapati banyak pesan masuk yang mengucapkan bela sungkawa. Belum pulih benar kesadarannya hingga ia membuka pesan dari Robi.

"Na, yang sabar ya. Rani pulang. Jenazahnya dalam perjalanan ke rumah."

Tubuh Wana lemas seketika begitu membaca pesan itu. Ia tak tahu harus bagaimana lagi. Ia hanya bisa memanggil ibundanya. Sang ibunda langsung berlari ke kamar anak laki-lakinya itu. Melihat anaknya menangis dan terduduk lesu ia langsung memeluknya.

Paginya mereka berdua langsung beranjak ke rumah duka. Disitu sudah banyak yang datang melayat, terutama rekan satu sekolahan Rani. Robi yang melihat Wana langsung menghampirinya. Namun melihat kondisi Wana, tak sampai hati ia menceritakan kejadian yang menimpa Rani. Begitu juga amanah Rani. Belum sempat ia mengabarkannya.

Hari-hari Wana berjalan sangat lambat pasca kejadian itu. 3 bulan kemudian, Wana baru pulih. Ia mulai menjalani aktifitas seperti biasanya. Satu hal saja yang berbeda, ia tak mau sekalipun menginjakkan kaki di sekolah maupun rumah Rani. Baginya Rani sudah benar-benar pergi, tak ada gunanya lagi mengingat semua yang telah terjadi.

Hingga suatu sore, ia bertemu dengan Robi di sebuah festival band di alun-alun kota C.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun