Mohon tunggu...
koko anjar
koko anjar Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Puing Cinta yang Berserakan

7 Januari 2019   23:36 Diperbarui: 8 Januari 2019   00:05 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pagi sayang, aku berangkat dulu yaa ke kota P. Kalau besok gak bisa hubungi, mungkin karena disana gak ada sinyal."

Wana bingung. Ia ingin sekali mengantar Rani ke sekolahnya. Tapi rutinitas tiap Minggu pagi mengharuskannya untuk mengantar ibunda tercinta ke pasar. Ibundanya tak bisa membawa motor sendiri. Kalaupun naik angkutan umum, ia pasti akan kerepotan karena barang yang dibawanya cukup banyak.

"Iya..kamu hati-hati yaa disana. Berkabarlah kalau bisa. Maaf tak bisa mengantar. Peluk cium dari jauh."

Perjalanan ke kota P yang biasanya ditempuh dalam waktu 5 jam harus molor sampai 7 jam. Beberapa jembatan dan jalan rusak karena gempa itu. Begitu tiba di tempat berkumpulnya sukarelawan, tim pecinta alam yang beranggotakan 7 orang dibawah pimpinan Pak Eka langsung briefing dan bergabung dengan sukarelawan lain.

"Rani, kamu sama Robi ikut gabung dengan tim Basarnas buat mencari korban di zona E. Disitu dulu berdiri Toserba Yoga. Tapi sekarang gedung tiga lantai itu sudah porak poranda lantaran terkena gempa dan dihantam tsunami." Kata Pak Eka membagi sektor.

"Siap pak."Jawab Rani bersama Robi.

Berangkatlah Rani, Robi dan tim dari Basarnas sebanyak 10 orang ke tempat yang dituju. Kondisi zona E cukup mengenaskan. Tak ada bangunan yang berdiri utuh. Hanya ada puing berserakan, bau amis dimana-mana, dan tangisan korban selamat di bawah reruntuhan bangunan.

Memasuki bekas gedung toserba yoga, Rani dan timnya langsung menyisir lokasi. Mereka sangat berhatti-hati. Gedung itu tak sepenuhnya rubuh. Ada sebagian bangunan yang masih berdiri, tapi kondisinya mengkhawatirkan. Goyang sedikit saja, bisa runtuh itu semua.

Tiba-tiba terdengar teriakan minta tolong dari dalam reruntuhan. Rani dan seorang anggota Basarnas langsung menuju ke arah suara. Ternyata seorang anak kecil berusia 9 tahun. Disingkirkannya puing bangunan. Lalu diangkatnya si anak kecil malang itu. Keluar dari sana ia langsung menyerahkannya kepada tim PMI yang baru datang menyusul.

"Alhamdulilah satu korban selamat ditemukan". Bisik Rani dalam hati.

Setelah itu ia menemukan satu, dua, sampai 5 jenazah dibalik reruntuhan itu. Rani semakin berani masuk ke dalam. Ia berharap dapat menemukan korban selamat lagi. Ia masuh optimis masih ada keajaiban. Jangan sampai korban meninggal bertambah karena terlambat ditolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun