Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Harrison Bergeron oleh Kurt Vonnegut

24 Oktober 2018   07:48 Diperbarui: 24 Oktober 2018   08:05 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika saja Hazel bisa menjawab pertanyaan itu, George tidak akan menderita. Sirene mengaum-ngaum di kepalanya.

"Kurasa akan berantakan," kata Hazel.

"Apanya?" kata George nge-blank.

"Masyarakat," ujar Hazel tak yakin. "Kamu tadi bilang begitu 'kan?"

"Entahlah?" ucap George

Siaran televisi tiba-tiba diinterupsi dengan pemberitaan. Tak jelas awalnya tentang apa buletin berita itu, karena si penyiar, sama seperti semua penyiar, punya halangan serius dalam berkata-kata. Selama sekitar satu setengah menit, dan dalam keadaan gembira yang berlebihan, sang penyiar mencoba berkata, "Para hadirin sekalian..."


Dia akhirnya menyerah, menyerahkan buletin itu ke balerina, biar dibaca.

"Nggak apa-apa-" Hazel berkata ke penyiar, "dia berusaha. Itu sudah sebuah hal besar. Dia mengusahakan yang terbaik yang dia bisa dengan yang Tuhan berikan kepadanya. Dia seharusnya mendapatkan penghormatan karena sudah berusaha keras."

"Para hadirin sekalian," kata si balerina, membaca buletin. Dia pasti sangat cantik tak terperanai, karena topeng yang dia kenakan sangat menyeramkan. Dan mudah untuk melihat kalau dialah yang terkuat dan teranggun dari semua penari, terlihat dari tas kecacatan yang ia kenakan sama besarnya dengan yang dikenakan oleh pria dua ratus pound.

Dan dia meminta maaf untuk suaranya, yang sungguh begitu tak adil dimiliki oleh seorang perempuan. Suaranya hangat, jernih, bermelodi abadi. "Permisi-" katanya, dan dia memulai lagi, bersuara  yang sungguh sangat-sangat tidak bisa disaingi.

"Harrison Bergeron, umur 14," katanya seperti kicauan burung, "dia baru melarikan diri dari penjara, ketika dia ditahan karena adanya kecurigaan dia merancang untuk memberontak ke pemerintah. Dia jenius dan seorang atlet, di bawah kecacatan, dan dipertimbangkan sangat sangat berbahaya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun