***
Rayhan perlahan mendekat ke arah meja kerja Mita. Dua rekan Mita yang sedang menelpon menganggukkan kepala saat Rayhan melewati meja kerja mereka.
"Apanya yang macet di printernya, Mit?" tanya Rayhan saat berada di dekat meja Mita.
"Aduh, Pak Rayhan ini, bikin kaget orang aja. Sapa dulu kek, Assalamualaikum gitu loh. Datang-datang kok langsung nanya," jawab Mita sambil tersenyum riang. Mita memang begitu, selalu berkata centil menjurus manja. Anaknya manis, hanya saja sikap centil dan manjanya itu yang kurang disukai Rayhan.
Meski diselingi senyum manis, Rayhan menangkap nada suara yang berbeda. Seperti ada keresahan dalam diri Mita saat itu.
"Iya deh nona manis, Assalamualaikum. Apanya yang macet tuan putri?" kata Rayhan merayu.
"Ehem."
Terdengar suara dehem di meja sebelah. Spontan, Mita dan Rayhan menoleh. Mita memandang kesal pada Andi, temannya yang berdehem menggoda itu. Sementara Rayhan hanya tersenyum simpul.
"Cintanya yang macet kali Pak Ray," kata Andi masih menggoda.
"Apaan sih Ndi!" kata Mita sewot. Matanya makin mendelik ke arah Andi.
"Memangnya macet kenapa Ndi?" tanya Rayhan ikut menggoda Mita.