Rayhan melongo mendengar jawaban Faisal.
"Terus yang kedua?" kejar Rayhan.
Faisal terdiam sejenak. Kemudian sambil tersenyum simpul, dia menjawab, "Tessa."
"Hahahaha," Rayhan tak mampu menahan tawa.
"Katamu dia Dewi Salju Sal. Kamu aja bilang kapok waktu pertama kali kerja shift bareng dia," kata Rayhan menggoda.
"Justru itu tantangannya Ray. Semakin dingin dia, aku semakin penasaran. Ibarat seorang pendaki yang ingin menaklukkan Puncak Himalaya. Semakin sulit medannya, semakin tertantang dia untuk terus mendaki sampai ke puncak."
Rayhan tertawa lagi.
 "Terus, kalau udah kamu dapetin, kamu tinggalkan begitu saja? Pendaki gunung kan gitu Sal. Kalau sudah di puncak dan sudah merasa puas melihat pemandangan indah, dia akan turun meninggalkan gunung itu sendiri lagi," kata Rayhan sok berfilsafat.
"Ya nggak lah Ray. Bagiku, kalau sudah sampai di puncak gunung tertinggi, aku akan membangun rumah indah disana. Tidak akan turun lagi untuk mencari dan mendaki gunung-gunung yang lain," kata Faisal dengan nada yakin.
Rayhan termangu mendengar jawaban temannya itu. Dia tidak percaya, dibalik sifat ke-playboy-annya, Faisal menyimpan falsafah tentang cinta yang penuh komitmen.
"Yah, kalau begitu, kudo'akan rasa cintamu tak bertepuk sebelah tangan. Kalau tidak dengan Bu Indri, mungkin nanti dengan Tessa, atau Mita. Nah, kalau dengan Mita ternyata bertepuk sebelah tangan, untuk siapa rumah impianmu di puncak gunung itu, Sal?" tanya Rayhan menggoda.