Dalam adat Jawa klasik, memotong tumpeng secara horizontal dari puncak adalah tata cara yang utama, benar dan mutlak. Memotongnya dari bawah adalah tidak lazim secara adat, bahkan kadang dianggap tidak sopan jika dilakukan dalam acara adat resmi atau upacara keraton.
Dari Sisi Praktis
Memotong tumpeng dari bawah secara teknis memang berisiko merobohkan struktur tumpeng. Mengapa?
- Tumpeng berbentuk kerucut stabilitasnya bergantung pada bagian bawah yang lebar.
- Jika Anda memotong dari bagian bawah, maka Anda menghilangkan penyangga utama, berat bagian atas kehilangan keseimbangan dan tumpeng bisa miring atau runtuh sebelum sempat dipotong dan dibagikan sepenuhnya.
Maka dari itu, dalam acara formal atau tradisional, memotong tumpeng dari bawah sangat dihindari karena bisa dianggap ceroboh atau tidak menghormati tatanan.
Dari Sisi Simbolik
Tumpeng bukan hanya makanan, tapi struktur simbolik kehidupan spiritual dan sosial, karena
- Puncaknya melambangkan tujuan hidup, kedekatan pada Tuhan.
- Dasarnya melambangkan fondasi kehidupan sosial dan bumi.
Oleh karenanya memotong tumpeng dari bawah bisa dianggap:
- Menggoyahkan fondasi kehidupan.
- Merusak simbol spiritual dan tatanan.
Dalam adat Jawa, itu bisa bermakna tidak menghargai urutan hidup dan restu leluhur.
Jakarta, 10 Mei 2025
Prahasto W. Pamungkas
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI