Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aneka Ragam Tumpeng Jawa dan Cara Memotongnya yang Benar

10 Mei 2025   17:53 Diperbarui: 11 Mei 2025   11:32 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpeng Jawa (Sumber/Kredit Foto: Wikipedia)

Sri Sultan Hamengkubuwono X memotong tumpeng secara horizontal dari puncaknya (Sumber/Kredit Foto: Antara Foto)
Sri Sultan Hamengkubuwono X memotong tumpeng secara horizontal dari puncaknya (Sumber/Kredit Foto: Antara Foto)

Bagaimana dengan pendapat orang-orang yang banyak ditulis di berbagai media online akhir-akhir ini yang mengatakan bahwa memotong tumpeng itu dari dasarnya, bukan dari puncaknya, dan bahkan mengatakan bahwa memotong tumpeng secara horizontal dari puncaknya adalah salah?

Pendapat bahwa tumpeng dipotong dari dasarnya, bukan dari puncaknya, memang ada dan di jaman modern yang egalitarian ini tidak sepenuhnya keliru, walaupun tidak tradisional, dan itu muncul dari tafsir yang berbeda dalam beberapa komunitas dan perkembangan nilai-nilai sosial modern.

Asal-usul Pendapat Memotong Tumpeng dari Dasar

Simbol Rendah Hati

Beberapa kalangan menafsirkan bahwa memotong dari dasar melambangkan kerendahan hati, bahwa kita tidak langsung mengambil "puncak" atau bagian tertinggi terlebih dahulu. Ini bisa dianggap sebagai penghindaran dari sikap serakah atau ambisius.

Nilai Kesetaraan

Dalam acara yang bersifat kolektif atau egaliter, terutama di lingkungan modern, orang menghindari simbol hierarki. Maka, memotong dari bawah atau samping dipilih agar tidak ada kesan seseorang diutamakan.

Interpretasi Baru yang Netral

Beberapa komunitas merasa bahwa puncak tumpeng bukan harus diberikan, melainkan hanya simbolis, sehingga cara memotongnya dianggap fleksibel.

Pandangan Budaya Adat Jawa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun