Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Bahu

9 Februari 2024   20:28 Diperbarui: 9 Februari 2024   20:30 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Mabel Amber dari pixabay.com 

Pada suatu senja
saat kaubersandar di bahu ini
kita bercerita tentang warna-warni yang menggantung di ujung barat.
Katamu senja berwarna tembaga karena dia sedang bersedih
berpisah dengan matahari.

Aku berkata sebaliknya
senja sedang merona malu-malu
dia bahagia
karena akan segera menjemput bulan purnama, kekasihnya.

Kita memang tidak selalu seia sekata dalam segala hal
tapi demikianlah hakikat persahabatan sejati, bukan?

Sekarang
bahu ini merindukanmu
merindukan kepala yang bersandar di situ
merindukan desir rambutmu yang dibuai angin segara.

Aku pun menyadari
walau bahuku lebih sering jadi sandaran
kehidupanku pun sering bersandar di bahumu.

Jadi
biarlah bahuku
bahumu
bahu-bahu kita
ditegarkan waktu dan rindu yang bisa begitu tak bertepi.
Agar saat bertemu kembali
siapapun boleh bersandar di bahu siapapun sepuasnya.

Lalu kita bercengkerama
berdebat
atau bercerita tentang senja
tentang fajar
dan pernak-pernik kehidupan di antara keduanya.

---

barombong, 9 februari 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun