Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jatuh

3 Juni 2023   10:10 Diperbarui: 3 Juni 2023   10:11 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sekuat-kuatnya tubuh
seteguh-teguhnya iman
secerdas-cerdasnya otak
tanpa hati nurani pasti jatuh

mengapa jatuh?
nikmat selalu menarik perhatian
hikmat menjauh tatkala nikmat datang mendekat
hilanglah akal sehat dan kesadaran pada diri manusia

jatuh di mana?
mata memandang pada etalase yang menyajikan ragam menu
hati tertuju pada segala nikmat bagi tubuh
di sanalah hidup terkapar tak berdaya

lupa pada janji saling setia dalam untung dan malang, suka dan duka
keremangan malam merenggut kesetiaan yang terucap di altar suci
pesta pora siang-malam tanpa henti
lupa mungkin besok napas telah lenyap dari tubuh

di perjalanan panjang ini,
melewati persimpangan bosan, letih, lelah dan jatuh
tetapi, apakah akan terkapar di sana?
bukankah harus bangkit dan berjalan terus?

hati nurani, akal sehat, kesadaran
berjuang untuk bangkit dan berjalan
tertatih-tatih seperti bayi yang baru belajar berjalan
lebih baik, daripada tetap tinggal di lembah kelam

tak lagi memandang ke etalase dunia
nikmat di keremangan malam tampak menjijikkan
sebab, hati telah terpikat pada kesucian, kesetiaan dan kesederhanaan
hidup sebening mentari yang merekah di ufuk timur

Abepura, 3 Juni 2023; 11.50 WIT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun