Mohon tunggu...
Her Junas
Her Junas Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi

Kebebasan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terbunuh Rindu

26 Agustus 2021   17:10 Diperbarui: 26 Agustus 2021   17:09 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pikiranku kalut dalam ketakutan.
Takut akan perpisahan yang menjelma menjadi kenyataan.
Sakit ini terus mengoyak hati.
Tak ampun beri pedih yang tak terobati.

Takutku terus menggerayangi.
 Layaknya musnah ditelan bumi.
Takutku terus menggerogoti .
Ketenangan tampak lari dan terus bersembunyi.

Aku kembali sesak serupa tertusuk pasak.
Setelah tak sengaja mendengar lagu kasmaran yang sering kita putar dulu.

Terlebih ketika menutup netra.
Lagi lagi dirimu menjadi tokoh utama dalam bunga tidurku.
Bukan lagi keliru, terkadang rindu seperti itu.

Kau tau apa yang paling sulit?
Ketika harus menerima kenyataan bahwa aku masih mencintaimu,
Padahal takdir kita hanya sebatas saling mengenal.
Tanpa bisa memiliki.

 Depok, Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun