Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Tempias Datang

24 Februari 2019   04:09 Diperbarui: 24 Februari 2019   13:00 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit berteriak kencang
Mengabarkan awan sedang penuh hasrat
Kaca jendela bersaksi
Bulir-bulir bening berjatuhan
Menyeret dan menelanjangi benak lengah

Serombongan tempias
Tanpa malu menerjang pintu waktu
Yang lama terkunci perih
Disibaknya tirai peristiwa
Tanpa perduli lekat sisa luka

Masa lalu dibuka paksa
Tiada lagi penghalang angin bicara
Pada guratan usia dan anak rambut pori-pori
Lalu, semua dibawanya pergi
Lewat nadi ke ceruk-ceruk batin

Aku memang harus pergi
Lepaskan rumah masa kini
Akan kukabari bila sempat bersembunyi
Dari terpaan dera memori
Saat derai hujan lelah berlari

Bila kelak hati pulang
Akan membawakan kumpulan makna
Yang sempat tercecer
Berpendar-pendar
Bergenang kenang

---

peb21/02/2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun