Puisi menggambarkan perubahan yang tidak mungkin bisa kembali lagi dan memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
Pikiran-pikiran terlarang itu kembali.Ia gelisah.Mengatakan kalimat ini.Tidak, ia bukan lagi bujang dari kota kecil yang suka pasrah.
Dan aku kembali berdiri tenang di batas tiada. Baca di sini
Pagi itu, mentari bersinar cerah di langit yang biru angin bertiup pelan di tepi jendela
Aktifitas keseharian mulai berselancar di kepala
Pagi-pagi sekali sudah terdengar suara berisik dari rumahku. Lagi-lagi mama dan papa bertengkar, entah kenapa mereka tidak suka sekali rumah
Hari ini genap 40 hari setelah kau pergi, namun kenanganmu tetap mengalir dalam diri.
Pergi tuk selamanya, meninggalkan jejak di hati, membawa cinta dan kasih yang takkan pernah mati.
"Singgah lah di mana pun kau aman Pastikan pergi itu, pergi untuk pulang...."
Keadaan di mana hasrat pulang kampung atau mudik sudah tidak begitu antusias sejak meninggalnya kedua orang tua.
Ibu, kurindukan hari-hari bersamamu saat kita menyiangi padi di sawah dengan bahasamu yang selalu penuh kasih
Boleh menangis sebab sesaat lagi bulan Ramadhan akan pergi, tetapi harus terus berdoa dan berharap agar dapat berjumpa lagi dengan Ramadhan
Ketidakpercayaan akan kabar berita yang disampaikan tentang kepergiaan sesorang yang memiiliki ikatan batin yang sangat kuat dengannya
Seorang Ibu yang menginginkan kebebasan dalam hidupnya tetapi dia justru memilih cara yang sama sekali
Mengunjungi negeri matahari terbit menjadi mimpi tersendiri bagi saya semenjak duduk dibangku SMA
Gadis itu menatap wajah neneknya. Ada rasa sedih yang bergelayut dalam hatinya.
Cermati coretan fiksi tentang keterkejutan dalam hidup manusia berikut ini.
Ketika seseorang masih hidup dengan kenangan orang yang telah pergi atau meninggalkannya (gamon)
Sang lelaki pergi ke sebuah tujuan pasti. Di sela-sela perjalanan singgahlah sang lelaki di suatu destinasi