Syahdan suatu pagi yang cerah, Mokodompit melihat sosok perempuan sederhana yang cantik dan anggun  disekitar pesisir pantai pulau Manado. Perempuan ini ternyata tinggal di pulau Bunaken namun sering berkunjung ke keluarganya yang berada di pulau Manado. Memandang perempuan ini  bak menghapus bayangan Tohobe dari pikiran Mokodompit. Cinta Mokodompit kembai tumbuh.
Perempuan cantik ini bernama Tahanerang. Seorang putri bangsawan Manado berdarah Sangihe. Tahanerang masih punya hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan Mokodompit.
Tahanerang yang tinggal di pulau Bunaken memang sering sekali berkunjung ke pulau Manado, yang saat itu pulau Manado selaku ibukota kerajaan Bolaang-Manado menjadi tempat paling ramai di Sulawesi Utara. Setiap hari banyak pedagang-pedagang yang berkunjung ke pulau ini.
Mokodompit tak ragu lagi bahwa Tahanerang lah yang menjadi cinta sejatinya. Mokodompit pun mengungkapkan perasaannya ini kepada Tahanerang. "Kamu lah cinta terakhir saya"Â demikian bujukan Mokodompit agar Tahanerang mau menerimah cintanya. Tahanerang sebenarnya juga jatuh cinta kepada Mokodompit namun yang diragukan Tahanerang adalah Mokodompit cucu dari raja Manado. Ayahnya adalah putra mahkota yang kelak menjadi raja demikian tentunya akan berlaku ke Mokodompit. Sudah menjadi tradisi bahwa raja Manado selalu memiliki selir selain Boki (permaisuri). Namun Mokodompit tetap kukuh menawarkan cintanya kepada Tahanerang.
"Sakitnya diduakan sebagaimana dilakukan Tohobe kepada saya, tidak akan saya lakukan kepada orang yang saya cintai" ujar Mokodompit membujuk Tahanerang. Bujukan Mokodompit membuahkan hasil, Tahanerang pun menerima cinta Mokodompit.
Tak berselang lama, pernikahan antara Pangeran Mokodompit dan putri Tahanerang pun dilangsungkan secara meriah di Manado. Kerajaan tetangga pun turut diundang oleh Raja Busisi, kakek dari Mokodompit.
"Pernikahan Politik" Mokodompit dan Mongijadi
Dimasa akhir pemerintahan Raja Busisi, sang raja berkeinginan cucunya (Mokodompit) yang menggantikannya selaku raja Manado bukan putra mahkota (Makalalo) hingga terjadi pemberontakan di pulau Lembeh. Kelompok pemberontak ini sebenarnya menginginkan kemerdekaan penuh negerinya sebagaimana masa mendiang Raja Dotulong beberapa abad lampau. Namun kelompok ini bersiasat dengan mengatakan menolak pengangkatan Mokodompit sebagai raja Manado. Pemberontakan ini akhirnya dapat dipadamkan. Para Bogani tetap melantik putra mahkota yang juga ayah dari Mokodompit sebagai raja baru di Manado.
Sebagian pemberontak menerima keputusan para Bogani ini namun sebagian lagi tetap kukuh menolak, kelompok ini pergi ke Lombagin dan membuat huruh-hara di Lombagin.
Untuk meredam pemberontakan ini dirancanglah pernikahan Mokodompit dengan putri bangsawan dari pulau Lembeh. Perempuan yang dijodohkan dengan Mokodompit bernama putri Mongijadi. Raja Makalalo meminta langsung ke menantunya, putri Tahanerang untuk menyetujui pernikahan suaminya dengan putri dari pulau Lembeh.
Putri Tahanerang tak bisa berbuat apa-apa ketika mertuanya menjodohkan suaminya dengan perempuan lain. Tahanerang sangat kecewa ketika Mokodompit diam saja saat dijodohkan, tak ada roman muka Mokodompit yang menggambarkan penolakan pernikahan ini. Kekecewaan Mokodompit saat diduakan oleh Tohobe, kini kekecewaan yang sama meliputi hati putri Tahanerang. Pernikahan pun akhirnya dilangsungkan dipulau Lembeh, Putri Mongijadi menjadi cabang baru dari cinta Mokodompit.
Setelah menikah, Raja Makalalo meminta agar Mokodompit pergi ke Bolaang sambil berpesan ke para Bogani agar Mokodompit dilantik sebagai raja Bolaang dan Mongijadi sebagai permaisuri kerajaan Bolaang. Putri Tahanerang pun ditinggalkan oleh Mokodompit bersama anak-anaknya di pulau Manado.