Mohon tunggu...
A.A. Sandre
A.A. Sandre Mohon Tunggu... penikmat kata dan kopi

sekata sekopi

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Anak Pejuang (Bagian XVII)

26 Juli 2025   04:58 Diperbarui: 24 Agustus 2025   17:33 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber poto: Instagram @prabowo

Kini aku bersama Mayor Infanteri Luhut Binsar Pandjaitan yang biasa disapa Pak Luhut. Kami sedang mengemban tugas pendidikan Special Forces di Amerika Serikat. 

Bukan hal kebetulan kalau aku tak pernah bisa mengejar Pak Luhut saat berlari. Langkah kakinya cepat. Begitu gesit. Mungkin karena dia orang luar Jawa yang memiliki genetika kuat berlari.

Sepulang dari Amerika Serikat, aku dipanggil untuk menghadap Mayor Jenderal Leonardus Benjamin Moerdani yang masyhur dengan nama Benny Moerdani. Rupanya Pak Luhud sudah datang lebih dulu.

Kami mendapat tugas baru untuk mengikuti pendidikan Counter Terrorism Course Gsg-9 di Jerman. "Kita harus punya pasukan anti-teror," kata Pak Benny.

Lalu dia mengatakan bahwa satu di antara pasukan terbaik yang dimiliki dunia dalam bidang anti-teror ada di Jerman. Kami pun mencatat beberapa hal penting dari penjelasannya.   

"Kalian berdua berangkat ke sana, belajar dengan baik. Setelah pulang nanti, kalian harus membentuk dan melatih pasukan anti-teror kita," kata Pak Benny menutup pertemuan. 

Aku mengenal Pak Benny sebagai pemimpin tak banyak bicara. Tak senang menonjolkan diri, dan selalu berpakaian sederhana meski sangat cepat dalam mengambil keputusan.

Tiba di rumah, aku bercerita kepada Ibu tentang tugas baru yang kuemban. Ibu mengangguk-angguk penuh senyum. Raut gembira tempampang jelas di wajahnya. 

Lantas kami melangkah ke meja makan untuk menikmati makan siang. Hashim belum juga bergeming dari kursi. Dia masih khusyuk membaca buku. Dia memang sedang menggebu-gebu mempelajari strategi bisnis dari penulis-penulis terkemuka. 

Aku pun merindukan senda-gurau Bianti dan Marjani. Mereka sudah berumah tangga dan tinggal bersama suami. Sekiranya mereka ada di sini, rumah akan terus diluputi gelak tawa.  

Namun, Ibu baru saja mengatakan bahwa kedua kakakku yang periang itu akan datang. Mereka sudah berjanji untuk menghadapi tantangan Hashim bermain kartu bridge. Sedangkan Bapak masih bekerja di kantor. Di tengah kesibukannya, Bapak hampir tak punya waktu untuk berlama-lama bersama kami.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun