Mohon tunggu...
A.A. Sandre
A.A. Sandre Mohon Tunggu... penikmat kata dan kopi

sekata sekopi

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Anak Pejuang (Bagian XV)

24 Juli 2025   03:32 Diperbarui: 15 Agustus 2025   19:55 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Sahala seakan sengaja menepis kemungkinan itu. Dia tahu sewaktu-waktu hal buruk bisa menimpanya, tetapi tak pernah bersikap ragu. Beberapa menit sebelum helikopter Pak Sahala mendarat, musuh kembali memberondongkan tembakan.

"Gajah jangan turun dulu, masih ada tembakan musuh," kataku. Setelah menunggu beberapa lama, tembakan musuh belum juga reda. Aku pun kembali melaporkan situasi terkini kepada Pak Sahala, "Gajah, situasi masih bahaya. Kalau bisa tunggu dulu."

"Saya tidak bisa tunggu, saya turun sekarang!" kata Pak Sahala.

Tak seberapa lama sebuah helikopter mendarat, tetapi mesinnya tetap hidup. Pak Sahala pun turun dari helikopter dan langsung bertanya kepadaku, "Mana teropong itu?"

Aku menyerahkan teropong di tanganku. Beberapa lama Pak Sahala memperhatikannya. Rupanya dia sudah mengenal teropong itu sebagai perwira yang banyak terlibat dalam operasi anti-gerilya. 

Sejak lama aku mengenal kecerdikan Pak Sahala, dan mengagumi kemampuan bersiasat yang dia miliki. Dia menggunakan banyak tawanan untuk menggali informasi. Lantas mempelajari sifat-sifat komandan musuh, mencari tahu pengawal dan perlengkapan tempur mereka. 

Dengan segala kejelian yang dia miliki, Pak Sahala sudah bisa memastikan bahwa orang-orang di sekitar Lobato memiliki teropong pandang angkatan laut Amerika Serikat. Dia pun mengatakan bahwa tak banyak yang memiliki teropong US Navy. Kalaupun ada yang memiliki teropong buatan Amerika Serikat, kemungkinan hanya teropong US Army. 

Pak Sahala bisa secara cepat mengetahui bahwa serdadu yang terlibat dalam kontak tembak dengan kami adalah serdadu Lobato. Betapa Pak Sahala sosok yang selalu tenang dalam memimpin. Dia sangat teliti menyusun tim, mengumpulkan informasi, dan memilah narasumber. 

Dia orang yang sangat percaya bahwa tak ada operasi berhasil tanpa kemampuan inteligen yang baik. Sosok komandan yang terbiasa memberikan perintah singkat dan tak pernah bertele-tele. 

Dari kepemimpinan Pak Sahala aku belajar kepemimpinan lapangan. Sehingga dengan hanya berbekal koordinat peta, petunjuk-petunjuk ringkas, aku sudah tahu apa yang harus dilakukan. 

Aku pun baru tahu mengapa Pak Sahala enggan menekan pasukan. Rupanya dalam situasi tertekan, anak buah bisa saja mengalami over exhausted atau combat fatique. Hal ini adalah situasi di mana rasa tertekan bisa menimbulkan kelengahan yang tiba-tiba membawa pasukan terjebak ke dalam lingkaran musuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun