Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Seni Pertunjukan Indonesia : Mencari Arah di Tengah Galau Sosial Ekonomi

25 Juni 2025   19:21 Diperbarui: 25 Juni 2025   19:21 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah cuplikan dari Drama Majapahit. (Sumber : times.co.id).

Di sisi lain, masyarakat sendiri, yang tengah bergulat dengan persoalan ekonomi, cenderung memprioritaskan hiburan praktis yang murah, instan, dan mudah dicerna. Inilah yang menyebabkan pertunjukan berbobot kehilangan penonton.

Apa Arah Kita ke Depan

Pertama, kita perlu membenahi infrastruktur lunak, bukan hanya fisik. TIM boleh megah, tetapi jika tidak ada manajemen berkesenian yang cerdas, kurator seni yang visioner, dan kebijakan publik yang berpihak pada pengembangan seni, semua itu hanya akan jadi menara gading.

Kedua, kita harus membangun jejaring dan pusat-pusat seni di luar Jakarta. Medan, Yogyakarta, Bandung, Malang,  Surabaya, Denpasar, Makassar, dan kota-kota lain harus punya pusat seni pertunjukan yang hidup, bukan sekadar gedung kosong.

Ketiga, pemerintah dan swasta harus bergandengan tangan menciptakan sistem pendanaan seni yang transparan dan berkelanjutan. Di banyak negara, seni pertunjukan berkembang karena adanya dana publik, hibah, sponsorship, dan filantropi yang dikelola dengan baik.

Keempat, regenerasi pelaku seni harus menjadi prioritas. Pendidikan seni harus diperkuat sejak sekolah dasar. Kurikulum pendidikan nasional perlu memberi ruang besar bagi seni sebagai pilar pembentukan karakter.

Kelima, kita harus memperkuat solidaritas di kalangan seniman. Himpunan profesi seperti dalam kasus musisi harus diperkuat, agar tidak terus-menerus terjadi polemik soal hak cipta yang hanya menguras energi tanpa hasil nyata.

Indonesia punya modal budaya yang sangat kaya untuk melahirkan ekosistem seni pertunjukan kelas dunia. Namun, tanpa arah yang jelas, tanpa visi jangka panjang, dan tanpa sinergi berbagai pihak, seni pertunjukan kita hanya akan jadi cerita masa lalu.

Revitalisasi TIM harus menjadi awal dari gerakan besar membangun seni pertunjukan nasional yang hidup di hati masyarakat. Mari kita belajar dari Broadway, bukan untuk menirunya, tetapi untuk menggali potensi kita sendiri. Seni pertunjukan bukan hanya soal panggung, tetapi soal peradaban bangsa.

Lihat :

https://www.broadway.com/buzz/205869/robert-ickes-oedipus-starring-mark-strong-and-lesley-manville-sets-broadway-dates/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun