Di Kedai Kopi
Malam-malam
Selesai pawai agustusan
Ia duduk sendiri
Di kedai kopi
Ia duduk di sudut paling gelap
Melepas atribut kehormatannya
Seluruh tubuhnya hitam
Menyatu bersama gelap
Rupanya telah dini hari
Ia belum memesan kopi
Tapi sudah terasa pahit
Di ujung lidahnya bagai belati
Tidak pakai pemanis
Juga tidak gorengan
Ia berceloteh tentang politik
Katanya negara sedang demam
Kedai kopi itu diam
Tidak ada yang bisa ditawarkan
Hanya menunggu
Habisnya sisa-sisa hari
Tiba waktu menjelang terang
Banyak benar orang seperti semut
Keluar masuk kedai tidak memesan hidangan
Hanya memunguti pajak serupa remah makanan
Ia masih duduk di sudut paling gelap
Memandangi dirinya
Tidak ada beda dengan yang ia lihat
Keluar masuk kedai menebar kegelisahan
Kedai kopi itu tetap diam
Tidak pernah ada yang bertanya
Secangkir kopi hangat berapa harganya ?
Tanpa pemanis dan gorengan
(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI