Atap-atap menjulang runcing
seperti tangan-tangan yang berdoa ke langit
dililit ilalang, dipeluk angin
menyimpan hangat sejarah yang tak lekang
Tiga rumah berdiri berjejer
bagai tiga saudara yang menjaga pusaka
tiang-tiang kayu menopang tubuhnya
lantai panggung menahan jejak masa silam
Di bawah bayangnya
pernah terdengar tawa anak-anak
denting alu menumbuk padi
dan bisik doa yang menyeberang malam
Rumah-rumah ini bukan sekadar dinding
mereka adalah dada leluhur
tempat rindu pulang
tempat akar bertaut dengan tanah
tempat arwah menyalakan api cerita
Di depannya, tanah lapang bersaksi
pertemuan, pesta, dan air mata
pernah jatuh bersama
dalam satu lingkar kehidupan
Amboi, rumah adat yang kokoh
kau adalah puisi yang dibangun dengan tangan
dihidupi dengan iman
dan diwariskan sebagai nyala
yang tak pernah padam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI