Mohon tunggu...
Djho Izmail
Djho Izmail Mohon Tunggu... Pejalan kaki yang lambat

Bercerita dari Kampung Bermukim Maya di: https://pangeranrajawawo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Kampung Itu 2

17 September 2025   07:47 Diperbarui: 17 September 2025   09:36 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Itu, Foto diambil dari: https://tripflores.com/

Atap-atap menjulang runcing
seperti tangan-tangan yang berdoa ke langit
dililit ilalang, dipeluk angin
menyimpan hangat sejarah yang tak lekang

Tiga rumah berdiri berjejer
bagai tiga saudara yang menjaga pusaka
tiang-tiang kayu menopang tubuhnya
lantai panggung menahan jejak masa silam

Di bawah bayangnya
pernah terdengar tawa anak-anak
denting alu menumbuk padi
dan bisik doa yang menyeberang malam

Rumah-rumah ini bukan sekadar dinding
mereka adalah dada leluhur
tempat rindu pulang
tempat akar bertaut dengan tanah
tempat arwah menyalakan api cerita

Di depannya, tanah lapang bersaksi
pertemuan, pesta, dan air mata
pernah jatuh bersama
dalam satu lingkar kehidupan

Amboi, rumah adat yang kokoh
kau adalah puisi yang dibangun dengan tangan
dihidupi dengan iman
dan diwariskan sebagai nyala
yang tak pernah padam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun