Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Hindari Menumpuk Kebencian Kepada Pasangan

17 Februari 2025   22:47 Diperbarui: 18 Februari 2025   14:26 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini saya belajar lagi. Saya mencari referensi untuk menemukan perspektif baru, setiap kali diminta membantu pasangan suami istri untuk keluar dari krisis. Saya harus terus menerus menambah perbekalan.

Saya sempatkan membaca beberapa tulisan Stephen Hedger, seorang konsultan senior yang berkonsentrasi membantu sangat banyak pernikahan untuk keluar dari krisis. Hedger menulis lebih dari 300 artikel yang mencerahkan, untuk memberikan perspektif secara praktis.

Berikut saya cuplik beberapa poin pembelajaran saya dari Hedger. Sebagian kecil saja, selebihnya silakan baca langsung tulisan Hedger.

Pertama saya tertarik tema "Resentment Stacking" atau menumpuk kebencian. Sangat banyak fenomena suami istri yang menumpuk kebencian. Makin lama makin banyak tumpukannya. Sayang, isinya semua adalah kebencian.

Hedger menyatakan, "When a persons' marriage is not turning out to be the way they hoped, they are going to start stacking resentments towards their partner. This has the ability to have a powerfully destructive effect on this couple's marriage".

Menurutnya, "Jika pernikahan seseorang tidak  berjalan sesuai harapan, mereka akan mulai menumpuk kebencian terhadap pasangannya. Hal ini dapat berdampak sangat merusak pada pernikahan pasangan tersebut". Ini benar-benar saya rasakan, setiap kali menghadapi konflik pasangan suami istri.

Kedua, saya tertarik tema "Battlefield". Hedger dengan sangat yakin menyatakan, "You don't fix a marriage by battling. Coming off the battlefield is their only chance of winning".

Hedger meyakini, "Anda tidak dapat memperbaiki pernikahan dengan cara bertengkar. Keluar dari medan perang adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk menang".

Menariknya, "The biggest battle that the individuals have to stop is the one with themselves! Pertarungan terbesar yang harus dihentikan oleh para individu adalah pertarungan dengan diri mereka sendiri!", ungkap Hedger.

Saya membenarkan pernyataan ini. Karena related dengan berbagai krisis pernikahan yang saya temukan di ruang konseling.

Bagi Hedger, "pertempuran terbesar dan pertama yang harus dihadapi adalah melawan diri mereka sendiri; serta pemikiran yang membawa mereka ke medan pertempuran tersebut". Sebenarnyalah banyak orang mengonstruksi cerita tentang pertempuran yang tengah mereka hadapi.

Ketiga, saya tertarik cara Hedger melihat pilihan perspektif. Banyak pasangan suami istri, saat menghadapi krisis, mereka mengonstruksi cerita tentang masalah dan perang yang mereka hadapi.

Mereka percaya pada cerita yang mereka karang sendiri, mereka menjalani alur cerita tersebut, dan menjadi karakter dalam cerita pertempuran itu. Hedger mengungkapkan, "Banyak yang begitu mempercayai pemikiran dan cerita mereka sendiri, sehingga tidak ada kebenaran lain. Yang benar hanya cerita mereka sendiri". Pasangannya selalu salah.

Faktanya, ada banyak perspektif dari setiap cerita. Mempercayai satu perspektif saja, berarti telah membatasi ruang berpikir dan --sejujurnya, menjadi tidak aman untuk menyelamatkan hubungan.

Pertempuran pertama yang harus dihadapi bukanlah dengan pasangan. "Yang harus dihadapi pertama kali adalah pola pikir yang diciptakan oleh masing-masing pihak. Pola pikir itulah yang membawa mereka ke dalam medan pertempuran, tidak peduli siapa pun pasangannya," ujar Hedger.

Keempat, saya tertarik tema "perceraian bukan akhir masalah". Banyak pasangan suami istri mengira, masalah mereka akan selesai dengan jalan bercerai. Menurut Hedger, belum selesai.

Hedger mengingatkan, orang-orang yang tak mampu memenangkan pertempuran terhadap dirinya sendiri, akan cenderung memiliki masalah yang sama. Bahkan ketika bercerai dan menemukan pasangan baru, masalah lama akan bisa berulang.

"Mereka meninggalkan pasangannya dan membangun hubungan baru dengan orang lain. Awalnya terasa luar biasa, tetapi perasaan itu hanya bertahan sebentar, dan tak lama kemudian mereka akan kembali bertempur lagi. Kali ini, bertempur dengan seseorang yang baru", ungkap Hedger.

Maka sangat penting memperbaiki pola pikir. Memperbaiki cara pandang. Memperbaiki perspektif. Jika sebuah peristiwa bisa dilihat dari beragam sisi,mengapa memilih sisi yang menyakiti diri?

Selamat malam sahabat semua.

***

Bahan Bacaan

Stephen Hedger, How to Save Your Marriage Without a Toxic Fight, https://www.stephenhedger.com, 31 Januari 2025

Stephen Hedger, Resentment Stacking, https://www.stephenhedger.com, 29 November 2021.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun