Lelaki gelap itu tergopoh-gopoh menghampiri Dorge. Rupanya sandal jepit itu dilempar. Sengaja. Dengan keras pula.
"Berani kau yaa..nih rasakan.."gerutu lelaki gelap itu.
Dorge tak sempat mengelak. Dirasa telinganya sontak panas. Badannya terangkat. Lelaki gelap itu dengan beringas menjewer.
"Heeyy..ada apa ini? Sudah..sudah..berhenti...!"sergah salah satu Bapak itu.
"Tapi pak saya khan sudah langganan Bapak. Masa dia yang jaga?" lelaki gelap terlihat memelas.
"Sudahlah Jon biarkan dia yang jaga. Dia khan datang duluan. Kau nanti jaga di sebelah saja. Masih kosong. Lagi pula kau sudah menjewernya. Bagaimana kalau sampai Bapaknya tahu, anaknya kau jewer? Hah? Bisa berabe kau Jon!"
Dorge merasa senang dibela. Ada rasa adem di telinganya yang masih panas itu.
Akhirnya Dorge tahu namanya Jon. Sebuah perkenalan yang rumit. Ruwet. Perkenalan yang dipastikan berumur sangat lama. Awet.
Jon pun berlalu. Terlintas seperti menggerutu. Memunguti sandal untuk dibanting lagi sembari mengumpat-umpat. Kemudian lenyap di balik pintu masuk. Setelah sebelumnya mengarahkan kepalan tinju pada Dorge.
Selang sejam lebih, latihan Bapak-bapak itu pun berakhir. Lancar. Dorge pun lega diberi minum penawar dahaga.
"Sini dik, ini upahmu,"senyum Bapak itu sembari menyodorkan segulung uang kertas.