Kerongkongannya kering. Sial. Dia lupa membawa bekal air. Persiapannya seakan lenyap tertutupi gebuan semangat mencari rupiah.
Hatinya tetiba berbunga. Dua orang bapak-bapak masuk menenteng tas besar. Sekilas salah satunya menoleh ke arah Dorge.
"Ini kesempatanku. Hayoo Dorgeee jangan munduurr..!"gemertak giginya menghardik diri sendiri.
Spontan dia berlari anjing menghampiri bapak-bapak itu.
"Mau jaga ya dik?"tanya salah seorang Bapak," siapa namamu?"
"Dorge Pak, iya Pak saya mau jaga. Boleh pak? Saya bisa menjaga bola pak. Boleh?"sahut Dorge memberondong penuh harap.
"Iya.. Iya boleh. Tunggu saja di sana. Sebentar lagi mulai," sahut bapak itu lagi.
Berbunga-bunga rasa hati Dorge. Kerongkongannya tiba-tiba basah. Rasa haus lenyap seketika.
Serta merta dia berlari bersiaga di ujung net. Di ujung jaring.
Beruntung Sang Kakak sempat memberi kursus kilat cara menjaga bola tennis. Termasuk juga sampai hitung-hitungan angkanya. Semua perkataannya masih lekat di kepala.
Belum lepas lamunan akan kursus kilat itu, tiba-tiba,"Plaaakkk.." sekelebat sandal jepit menghantam tepat di kepala. Tidak terlalu keras. Tapi rasa ngiang di telinga sempat membuat puyeng satu dua detik.