Rasa kurang puas bermain menghinggapinya. Uang jajan bekal sekolah dirasa kurang cukup. Kurang memuaskan. Sang Kakak, Bowo memberi jalan.
"Kau bisa coba jaga bola tennis di GOR utara sana,"saran Kakaknya suatu sore.
Siang menjelang sore terlihat Dorge mengayuh Si Kuning lebih cepat dari biasanya.
"Semoga saja dia mau ikut. Kurang seru kalau sendiri,"desisnya pada Si Kuning.
Dewa Kade kawan sekelasnya pagi tadi sempat menyanggupi akan turut ke GOR Lila Buana. Agar dia mau, Dorge hanya mengatakan buat main-main saja.
"Hai..hayo jalan sekarang..,"seru Dorge begitu sampai tepat di depan hidung Dewa Kade. Persis di pintu pekarangan rumahnya.
" Ahh..maaf Ge..kali ini aku tak bisa. Mendadak disuruh Ibu mengantarkan ini, "sahutnya sembari bersungut menyungut bungkusan yang digantang yang terlihat seperti susunan rantang.
"Yah..sudahlah..mau bagaimana lagi..,"lesu Dorge kembali mengayuh.
Semangatnya meluber seketika.
"Aku harus berhasil. Aku harus mendapatkan uang itu sore ini,"gumamnya geram bersemangat.
Bayangan ilmu api dalam permainan kungfu itu membuncahkan semangatnya.