"Terima kasih pak. Terimakasih,"sahut Dorge serta merta menerima gulungan itu. Tebal terasa di genggaman.
Selintas gulungan terluar seperti pecahan lima ratus rupiah. Berbunga-bunga hati Dorge.
"Setidaknya ini dua ribu. Mudah-mudahan tiga ribu,"pikirannya mulai tawar menawar dalam suka cita.
Hari sudah mulai redup. Dorge merasakan lelah yang sangat. Upah tak sempat dihitung. Yang pasti sudah dapat dan tebal pula. Tetap dalam genggaman. Pikirannya cuma satu. Pulang.
Setengah berlari Dorge menghampiri si Kuning. Diparkir di balik pohon besar dekat gedung bulu tangkis. Agak tersembu nyi.
Langkahnya tiba-tiba terhenti. Matanya terbelalak. Langkahnya kemudian perlahan-lahan memutar. Bak kucing yang siap berkelahi.
"Mati aku," desahnya.
Jon bergaya di atas Si Kuning.
"Mana uang itu? Sini serahkan!" bentak Jon dengan suara berat.
"Tidak bisa! Ini uangku!" Dorge coba membendung.
Dengan sekali loncatan Jon sudah di depan Dorge. Pohon besar tak sanggup melerai. Pergumulan tak seimbang itu pun berlangsung tanpa aba-aba. Tidak ada pukulan apalagi tendangan. Pohon besar menjadi saksi perebutan gulungan uang kertas dalam genggaman Dorge.