Manusia memerlukan sedikit akal pada perasaan, agar ia tegak lurus berjalan, tidak dipenuhi amarah atawa emosian.
Manusia juga memerlukan sedikit hati pada pemikiran, agar ia terarah ke tujuan, tidak menjadikan dirinya ugal-ugalan bersikap arogan.
Oleh sebab itu, untuk melangkah mesti berfikir supaya berhati-hati, maka akal pun memerlukan dukungan hati.
Ada dua hal yg akal tidak bisa melakukan akan tetapi hati bisa, ialah iman dan cinta. Semisal dikatakan, seorang wanita akan lebih percaya memilih lelaki bodoh yg gagah berani dan pribadi baik untuk dijadikan pilihan hidup sebagai suami, daripada memilih lelaki cerdas yg berperilaku buruk. Maka disitulah bukti adanya peran hati untuk akal manusia.
Hubungan antara rasa dan logika, atau hati dan otak, adalah topik yang sering dibahas dalam berbagai bidang, termasuk psikologi, filsafat, dan ilmu saraf.
Secara umum, rasa (hati) dan logika (otak) sering dianggap sebagai dua aspek yang berbeda namun saling melengkapi dalam proses pengambilan keputusan dan pengalaman manusia.
1. Rasa (Hati)
Rasa merujuk pada aspek emosional dan intuitif dalam diri manusia. Emosi mempengaruhi cara kita merespons situasi, baik itu kegembiraan, kesedihan, kemarahan, atau ketakutan. Rasa juga terkait dengan empati, cinta, dan perasaan yang mendalam lainnya.Ā
Keunggulan dari penggunaan rasa adalah kemampuannya untuk membuat kita lebih manusiawi, lebih mampu memahami perasaan orang lain, dan lebih cepat dalam merespons situasi yang membutuhkan reaksi cepat. Misalnya, dalam situasi berbahaya, reaksi cepat yang dipicu oleh emosi bisa menyelamatkan nyawa.
2. Logika (Otak)