"Menulis dan membaca adalah dua kegiatan guru yang tidak bisa dipisahkan. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik."
Pesan ini mengingatkan kita bahwa literasi bukan hanya aktivitas akademis, tetapi juga budaya berpikir dan bertindak yang mesti ditumbuhkan di lingkungan pendidikan. Guru yang rajin membaca akan memiliki wawasan yang luas dan daya kritis yang tinggi. Ketika wawasan itu dituangkan dalam tulisan, maka dampaknya akan jauh melampaui ruang kelas.
Gerakan buku keroyokan ini adalah contoh nyata bahwa semangat kolaborasi dan literasi bisa menjadi kekuatan besar dalam memajukan pendidikan Indonesia. Para guru tidak hanya mendidik murid, tetapi juga terus belajar dan berkembang sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Dharmasraya telah menunjukkan bahwa perubahan besar dalam pendidikan bisa dimulai dari semangat kecil yang ditularkan, ditanam, dan ditumbuhkan bersama. Semoga ini menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk terus menyalakan obor literasi di seluruh penjuru negeri.
Omjay (Dr. Wijaya Kusumah) berbagi ilmu menulis ke Dharmasraya, Sumatera Barat, bukan tanpa alasan. Ada beberapa alasan kuat dan bermakna mengapa beliau memilih hadir dan berbagi ilmu di daerah tersebut:
1. Menjawab Undangan dan Antusiasme Guru-Guru Daerah
Omjay dikenal sebagai sosok yang responsif terhadap semangat belajar para guru di berbagai pelosok Indonesia. Ketika mendapat undangan dari komunitas literasi di Dharmasraya, beliau melihat antusiasme tinggi dari para guru di sana untuk belajar menulis. Semangat ini menjadi magnet kuat yang mendorong beliau hadir langsung.
"Saya selalu tergerak datang ke tempat-tempat di mana guru-guru ingin maju bersama lewat literasi," ujar Omjay.
2. Mengangkat Semangat Literasi Daerah
Dharmasraya mungkin belum dikenal luas sebagai pusat gerakan literasi, tetapi justru karena itu, Omjay ingin hadir untuk menyemangati. Baginya, daerah-daerah seperti inilah yang perlu terus disinari semangat menulis agar potensi guru-guru lokal bisa lebih diakui secara nasional.
3. Mewujudkan Misi Membumikan Literasi