"Guru Menulis, Guru Bermutu" -- Semangat Literasi di Dharmasraya
Oleh: Tim Literasi Pendidikan pimpinaN Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd
Di tengah semarak gerakan literasi nasional, sebuah peristiwa menggugah semangat terjadi di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Sebuah gerakan kolektif dari para guru yang tergabung dalam program "Buku Keroyokan Angkatan Pertama" menghidupkan kembali gairah literasi pendidikan. Omjay, sapaan akrab Dr. Wijaya Kusumah, seorang tokoh nasional di bidang literasi guru, hadir dan menyampaikan apresiasi serta rasa yakin bahwa buku keroyokan ini akan terbit dan memberi dampak besar.
"Saya yakin buku keroyokan angkatan pertama ini akan jadi. Motivasi belajar guru-guru di Dharmasraya sangat tinggi. Mereka adalah guru-guru berprestasi di bidang literasi," ujar Omjay dengan penuh semangat.
Kegiatan ini tak hanya diikuti oleh guru-guru dari Dharmasraya, tetapi juga menarik minat para pendidik muda dari berbagai daerah, seperti Pasaman dan sekitarnya. Mereka menempuh jarak yang tidak dekat demi satu tujuan: belajar, berbagi, dan bertumbuh bersama dalam dunia literasi.
Omjay mengungkapkan kekagumannya terhadap semangat para guru muda tersebut. Baginya, pengalaman ini seperti sebuah perjalanan pulang kampung yang juga membawa nuansa keliling Indonesia. Ia merasakan bahwa semangat menulis dan belajar yang ditunjukkan para guru adalah cerminan dari dedikasi luar biasa dalam mencerdaskan bangsa.
"Ketika guru mulai menulis, maka mereka akan eksis dan menjadi guru bermutu. Ilmunya akan terus bertambah karena diikat dengan buku," tambah Omjay.
Menulis bagi guru bukanlah sekadar menuangkan ide, tetapi merupakan bentuk refleksi mendalam yang mengikat pengetahuan dan pengalaman. Dengan menulis, guru tidak hanya membagikan ilmu, tetapi juga membangun jejak intelektual yang bisa diwariskan.
Dalam kesempatan tersebut, Omjay memberikan pesan penting yang menggugah kesadaran para pendidik:
"Menulis dan membaca adalah dua kegiatan guru yang tidak bisa dipisahkan. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik."
Pesan ini mengingatkan kita bahwa literasi bukan hanya aktivitas akademis, tetapi juga budaya berpikir dan bertindak yang mesti ditumbuhkan di lingkungan pendidikan. Guru yang rajin membaca akan memiliki wawasan yang luas dan daya kritis yang tinggi. Ketika wawasan itu dituangkan dalam tulisan, maka dampaknya akan jauh melampaui ruang kelas.
Gerakan buku keroyokan ini adalah contoh nyata bahwa semangat kolaborasi dan literasi bisa menjadi kekuatan besar dalam memajukan pendidikan Indonesia. Para guru tidak hanya mendidik murid, tetapi juga terus belajar dan berkembang sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Dharmasraya telah menunjukkan bahwa perubahan besar dalam pendidikan bisa dimulai dari semangat kecil yang ditularkan, ditanam, dan ditumbuhkan bersama. Semoga ini menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk terus menyalakan obor literasi di seluruh penjuru negeri.
Omjay (Dr. Wijaya Kusumah) berbagi ilmu menulis ke Dharmasraya, Sumatera Barat, bukan tanpa alasan. Ada beberapa alasan kuat dan bermakna mengapa beliau memilih hadir dan berbagi ilmu di daerah tersebut:
1. Menjawab Undangan dan Antusiasme Guru-Guru Daerah
Omjay dikenal sebagai sosok yang responsif terhadap semangat belajar para guru di berbagai pelosok Indonesia. Ketika mendapat undangan dari komunitas literasi di Dharmasraya, beliau melihat antusiasme tinggi dari para guru di sana untuk belajar menulis. Semangat ini menjadi magnet kuat yang mendorong beliau hadir langsung.
"Saya selalu tergerak datang ke tempat-tempat di mana guru-guru ingin maju bersama lewat literasi," ujar Omjay.
2. Mengangkat Semangat Literasi Daerah
Dharmasraya mungkin belum dikenal luas sebagai pusat gerakan literasi, tetapi justru karena itu, Omjay ingin hadir untuk menyemangati. Baginya, daerah-daerah seperti inilah yang perlu terus disinari semangat menulis agar potensi guru-guru lokal bisa lebih diakui secara nasional.
3. Mewujudkan Misi Membumikan Literasi
Sebagai pendiri Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) dan tokoh literasi nasional, Omjay punya misi membumikan kegiatan menulis di kalangan guru Indonesia. Kehadirannya di Dharmasraya adalah bagian dari upaya nyata mewujudkan misi tersebut---mendekatkan literasi ke akar rumput.
4. Ingin Menularkan "Virus Menulis"
Omjay percaya bahwa menulis adalah keterampilan yang bisa dipelajari siapa saja, termasuk oleh guru-guru di daerah. Dengan berbagi langsung, ia ingin menularkan "virus menulis" agar para guru bisa mengekspresikan ide, pengalaman, dan ilmu mereka dalam bentuk tulisan yang bermanfaat.
5. Merasa Seperti Pulang Kampung
Omjay juga mengungkapkan bahwa datang ke Dharmasraya memberikan perasaan seperti pulang kampung. Hal ini menunjukkan adanya kedekatan emosional dan semangat kekeluargaan yang beliau rasakan bersama para guru di sana. Kehangatan dan kerendahan hati guru-guru Sumatera Barat menjadi penyemangat tersendiri bagi Omjay untuk berbagi.
6. Mendorong Terbitnya Buku Keroyokan
Kehadiran Omjay juga menjadi pemantik semangat untuk proyek "buku keroyokan angkatan pertama"---sebuah karya kolaboratif para guru yang menulis bersama. Ia percaya bahwa dengan dorongan dan bimbingan yang tepat, karya ini akan jadi bukti bahwa guru daerah bisa berkarya di level nasional.
Guru menulis adalah guru yang bermutu karena beberapa alasan:
1. Meningkatkan kemampuan reflektif: Menulis membantu guru merefleksikan pengalaman dan praktik mengajar mereka, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas mengajar.
2. Berbagi pengetahuan dan pengalaman: Menulis memungkinkan guru berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan rekan-rekan sejawat dan generasi mendatang, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis: Menulis membantu guru mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengajar dan mengembangkan kurikulum.
4. Meningkatkan kepercayaan diri: Menulis dapat meningkatkan kepercayaan diri guru dalam mengajar dan berbagi pengetahuan dengan orang lain.
5. Mengembangkan kemampuan komunikasi: Menulis membantu guru mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas interaksi dengan siswa dan rekan-rekan sejawat.
Dengan demikian, guru menulis adalah guru yang bermutu karena mereka dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas mengajar, berbagi pengetahuan dan pengalaman, dan mengembangkan kemampuan analisis, sintesis, dan komunikasi.
Kesimpulan
Omjay datang ke Dharmasraya karena panggilan hati, semangat literasi, dan keyakinan bahwa setiap guru Indonesia punya potensi luar biasa. Dengan berbagi ilmu menulis, beliau tidak hanya menyebarkan pengetahuan, tetapi juga menyemai harapan bahwa guru-guru daerah bisa menjadi penulis, pemimpin pemikiran, dan pelopor perubahan.
Demikianlah kisah Omjay tentang guru menulis adalah guru yang bermutu, mengapa semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana tercinta.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay/Kakek Jay
Guru Blogger Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI