Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kunang-kunang di Pekuburan

16 Desember 2022   20:52 Diperbarui: 18 Desember 2022   22:10 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kunang-kunang. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Sebisa mungkin ia mengendalikan arus yang begitu kencang, maka semakin besar pula arus itu membuat pusing kepalanya. Ditambah bagian bawah pada tubuh Barat juga berguncang, bahkan sedikit basah. 

Dia terheran, tidak tahu sama sekali bagaimana itu bisa terjadi. Tapi semuanya begitu nikmat, mungkin inilah mengapa cinta dan Tuhan itu ada, untuk menjelaskan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. 

Sebuah aksioma, sesuatu yang cukup hanya dengan dipercayai saja. Tapi, Barat tidak percaya dengan Tuhan. Bagaimana sesuatu yang sempurna itu ada, justru menciptakan Barat yang tidak sempurna. Maka dia memilih untuk percaya bahwa hidup ini hanyalah serangkaian formulasi yang terstruktur. 

Semata hanya sebuah hukum alam. Kita hidup dan kemudian mati menjadi ketiadaan. Barat tercipta buta, karena kesalahan dalam kandungan, atau mungkin ibu kandungnya suka mabuk-mabukan, dan membuat mata Barat buta. Jadi, Barat tidak pernah menyalahkan kebutaannya atas apapun di dunia ini, selain ibunya yang sudah lama mati.

Jadi siapa wanita itu?

Dia adalah rapsodi. Sebuah renungan malam dan mimpi, tercipta dari keindahan Schubert dan tangan simfoni Nacht und Traume-nya. Seorang wanita berparas surga. 

Iya, saya hanya mampu menjabarkan keindahan wanita itu dengan metafora semata, karena hanya Barat sajalah yang tahu seperti apa dia yang sebenarnya. Menurut penuturan Barat, dia pertama kali bertemu dengan gadis itu saat Barat sedang di jembatan. 

Malam lagi cantik saat itu, bintangnya keluar semua, terlebih saat rapsodi itu melintas di sampingnya, rasanya bintang dan bulan hanyalah buah, dapat dipentiknya dengan enteng. 

Gadis itu mengeluarkan aroma buah tropis dan segarnya daun mint dari rambutnya, membuat Barat memutarkan kepala, memperhatikannya jalan sampai ke ujung dan menghilang. Gadis itu berjalan di jalanan yang kiri kanannya diterangi lampu. Menembus kabut. Lima hari Barat sedih karena dia tak lagi bisa menemukan wanita itu.

Malam ini, sudah genap setahun. Dia tak pernah menemukan wanita itu lagi. Dan ia tak pernah lupa. Hampir setiap hari dia berupaya untuk mengenang ingatan itu. 

Ketika dia ingin menghadirkan wanita itu di kepalanya, yang ada malah bencana. Entahlah, dia benar-benar tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Rasa-rasanya cukup mudah untuk menciptakan nirwana, tapi untuk menghadirkan kekasihnya, itu cukup payah. Oh iya, saya lupa memberitahumu, malam itu, si gadis mengenakan gaun hitam dan topi bundar yang juga berwarna hitam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun