Tiang miring, genteng retak, dan kain tengkorak tersenyum. Randu dan Nisa tidak melawan, hanya hidup di sela-sela berita yang lupa.
Saat tawa digital terjadi di luar skrip, itu bukan bug, tapi bukti cinta yang tak bisa diretas siapa pun
Kata terjebak di antara degup jantung kacau dan udara yang bukan milik kita.
Puisi ini adalah denyut dari dunia yang telah lama tak punya tubuh.
Di muara dada, aku menuliskan cinta yang terlupakan, di bawah reruntuhan sunyi.
Ketika tubuh dan kematian bertemu dalam absurditas, apa yang tersisa selain pantat?
Tuhan tersedak di langit, aku dimuntahkan ke dalam rahim burung gagak.
Novel karya Albert Camus ini menyampaikan bahwa tidak ada makna pasti dalam hidup, benarkah begitu?
Apakah manusia benar-benar hasil dari evolusi yang dirancang dengan sempurna, atau hanya anomali dalam tatanan kosmik?
Menjalani hidup tanpa makna merupakan absurdisme tersendiri, menurut Camus. Cara untuk mengatasinya adalah dengan pemberotakan: yaitu menikmatinya.
Albert Camus pernah berkata, “The struggle itself toward the heights is enough to fill a man’s heart. One must imagine Sisyphus happy.”
Bagaimana tidak, kehidupan telah melemparkan kita dalam fakta yang kita sendiri tidak pernah memintanya.
Albert Camus, seorang filsuf existentialist terkemuka, mengeksplorasi konsep absurdisme dalam karya utamanya, "The Myth of Sisyphus". Esai filosofis i
Terinspirasi dari Osamu Dazai "is there any value to the things we called living?"
Haruskah saya bunuh diri, atau meminum segelas kopi?
apa guna hidup bila tidak dijalani? masa lalu hanya tinggal dalam kepala, jalani hidup yang ada di depan mata
suatu panggilan untuk menghadap dunia sebagaimana adanya dan tidak terkekang rantai masa lalu dan paranoia pikiran
Perputaran semesta tak berarti memang melelahkan. manusia punya dua jalan dalam menghadapi kenyataan ini. jalan mana yang akan anda ambil?
Friedrich Nietzche, seorang filsuf abad ke-19 ia adalah seseorang yang mengenalkan konsep pemikiran nihilisme kepada dunia