Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bookstore Makin Kece, Dari Tempat Beli Buku Jadi Ruang Nongkrong Estetik!

12 September 2025   01:15 Diperbarui: 12 September 2025   01:15 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bookstore (pixabay.com/_badun )

Pernah nggak sih kamu merasa bingung mau nongkrong di mana? Kadang kafe sudah terlalu ramai, coworking space terasa kaku, mall terlalu bising, sementara rumah malah bikin mager. Lalu tiba-tiba ada ide muncul, "Eh, nongkrong di toko buku aja kali, ya?"

Dulu, toko buku hanya tempat singgah sebentar. Masuk, cari buku, bayar, pulang. Selesai. Tapi sekarang, toko buku menjelma jadi ruang publik yang lebih hidup. Interiornya kece, ada coffee corner, musiknya menenangkan, bahkan beberapa menyediakan spot foto estetik. Tiba-tiba, toko buku bukan sekadar tempat beli buku, tapi juga jadi tempat "healing" sederhana yang bikin hati adem.

Fenomena ini menarik, karena mengubah cara kita memandang buku dan ruang baca. Dari yang biasanya dianggap serius dan sepi, sekarang bisa terasa hangat, ramah, bahkan instagramable.

Bookstore kini bukan sekadar beli buku, tapi ruang estetik dan cozy untuk nongkrong, ngopi, healing, hingga berbagi inspirasi bersama komunitas. - Tiyarman Gulo

Dari Rak Kaku ke Ruang Estetik, Evolusi Bookstore

Kalau kamu ingat toko buku zaman dulu, pasti bayangannya rak-rak tinggi penuh buku, pencahayaan neon putih yang agak dingin, dan suasana hening yang membuatmu segan untuk ngobrol keras-keras. Buku dipajang rapi, tapi fungsinya cuma satu, jualan.

Sekarang? Bookstore makin kreatif. Contohnya Gramedia Jalma. Interior kayu, cahaya kuning hangat, ada coffee corner yang mengundang orang untuk duduk berlama-lama. Raknya tetap penuh buku, tapi ditata dengan desain yang bikin nyaman dipandang. Rasanya kayak gabungan antara kafe, perpustakaan, dan ruang tamu modern.

Dan bukan hanya Gramedia. Toko independen juga ikut berbenah. Banyak yang sengaja membuat suasana cozy dengan sofa empuk, meja kayu panjang untuk diskusi, bahkan mural artistik di dinding. Hasilnya, toko buku bukan lagi sekadar ruang transaksi, melainkan ruang interaksi.

Kenapa Nongkrong di Toko Buku Jadi Tren?

Ada beberapa alasan kenapa orang sekarang suka nongkrong di bookstore,

  1. Suasana tenang tapi nggak membosankan. Beda dengan kafe yang kadang terlalu ramai, toko buku punya atmosfer lebih kalem. Kamu bisa baca, kerja, atau sekadar duduk tanpa merasa terganggu.
  2. Estetika yang memanjakan mata. Desain interior bookstore kekinian memang instagramable. Rak kayu, pencahayaan hangat, tanaman hias, sampai spot foto khusus jadi daya tarik tersendiri.
  3. Ada coffee corner. Nggak lengkap rasanya nongkrong tanpa kopi atau teh. Bookstore modern paham betul ini. Maka, hadirlah sudut kafe kecil di tengah toko buku.
  4. Ruang healing sederhana. Banyak orang merasa lebih tenang berada di antara rak buku. Bahkan tanpa membeli apapun, sekadar menyentuh sampul buku dan mencium aroma kertas sudah cukup bikin hati adem.
  5. Komunitas dan event. Beberapa toko buku rutin mengadakan diskusi, bedah buku, atau acara komunitas. Ini bikin orang betah datang bukan hanya untuk beli buku, tapi juga untuk berjejaring.

Contoh Bookstore Kece yang Bikin Betah

1. Gramedia Jalma

Sudah jadi ikon modernisasi bookstore di Indonesia. Dengan desain cozy, coffee corner, dan tata ruang yang ramah, Gramedia Jalma berhasil mengubah citra Gramedia yang dulu "serius" jadi lebih hangat.

2. Toko Buku Independen

Misalnya POST Bookshop di Jakarta atau Patjarmerah di Yogyakarta. Walaupun kecil, mereka punya daya tarik unik. Atmosfernya personal, sering ada event komunitas, dan koleksi bukunya lebih kurasi. Rasanya seperti ngobrol langsung dengan pemilik toko.

3. Fenomena Global

Kalau kamu pernah dengar Tsutaya Books di Jepang atau Eslite Bookstore di Taiwan, inilah pionir konsep bookstore modern. Interiornya mewah, ada lounge, restoran, bahkan ruang kerja. Mereka berhasil menjadikan toko buku sebagai destinasi wisata.

Nostalgia vs Modernitas

Sebagian orang mungkin kangen dengan suasana toko buku klasik yang hening, seolah memberi ruang refleksi. Tapi bookstore modern justru menawarkan keseimbangan, tetap ada ruang untuk membaca, tapi juga terbuka untuk ngobrol, ngopi, bahkan bersosialisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun