Mohon tunggu...
Lutfillah Ulin Nuha
Lutfillah Ulin Nuha Mohon Tunggu... Founder Neptunus Kreativa Publishing

Tumbuh sehebat do'a ibu | Menjadi ruang bagi ide-ide yang dianggap terlalu idealis untuk dunia yang sibuk menghitung untung-rugi |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Gotong Royong Hilang, Apakah Siskamling Jawabannya?

12 September 2025   07:16 Diperbarui: 12 September 2025   07:16 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret kebersamaan dalam Siskamling (Foto : Ilustrasi AI)

Di banyak kampung dan desa, kita masih bisa melihat pos ronda yang berdiri di ujung jalan. Sebagian tampak terawat, digunakan sebagai tempat berkumpul warga, bahkan masih berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, lebih banyak lagi pos ronda yang kini kosong melompong, berubah menjadi tempat menyimpan kayu bekas, kursi rusak, atau sekedar bangunan tua yang terlupakan. Padahal, dari sanalah dulu denyut kehidupan sosial warga bermula yaitu siskamling.

Siskamling Sebagai Simbol Kebersamaan

Siskamling (sistem keamanan lingkungan) sejatinya adalah wujud nyata gotong royong. Ia lahir bukan dari instruksi pemerintah semata, tetapi dari kesadaran masyarakat bahwa keamanan tidak bisa ditanggung sendiri. Dengan bergiliran menjaga malam, warga bukan hanya melindungi harta benda, tetapi juga menjaga kepercayaan satu sama lain.

Dalam praktiknya, siskamling lebih dari sekadar ronda. Ia adalah ruang sosial, tempat orang tua menasihati anak muda, tempat tetangga berbagi kabar, bahkan tempat masyarakat membicarakan solusi atas persoalan bersama. Maka, ketika siskamling mati, yang hilang bukan hanya kentongan dan jadwal ronda, melainkan juga ruh kebersamaan.

Tantangan Zaman Modern

Namun, tidak bisa dipungkiri, kehidupan masyarakat kini jauh berbeda dengan beberapa dekade lalu. Kota-kota tumbuh, jam kerja semakin panjang, dan individualisme semakin menebal. Warga lebih banyak berinteraksi lewat smartphone ketimbang berbincang tatap muka. Akibatnya, semangat kolektivitas kian meredup.

Di sisi lain, bentuk ancaman juga berubah. Jika dulu pencurian atau perkelahian antarwarga menjadi persoalan utama, kini muncul kejahatan yang lebih kompleks seperti perselingkuhan, begal bermotor, narkoba, perdagangan manusia, hingga penipuan digital. Teknologi keamanan seperti CCTV dan aplikasi patroli memang hadir sebagai solusi modern, tetapi teknologi tidak mampu menggantikan rasa saling peduli antarwarga. Kamera hanya merekam, ia tidak bisa menolong saat kebakaran atau memberi pertolongan pertama ketika ada yang sakit mendadak.

Mengapa Siskamling Masih Penting

Pertanyaan yang muncul kemudian apakah siskamling masih relevan untuk dihidupkan kembali? Jawabannya, ya. Justru di era modern yang serba individualistis ini, siskamling semakin mendesak.

Pertama, karena siskamling berfungsi sebagai pencegahan. Kehadiran warga yang berjaga memberi efek psikologis bagi calon pelaku kejahatan. Kedua, siskamling memperkuat ikatan sosial. Warga yang terbiasa ronda bersama akan lebih peduli satu sama lain, lebih sigap membantu ketika ada musibah. Ketiga, siskamling adalah bentuk kemandirian masyarakat. Alih-alih menunggu aparat yang jumlahnya terbatas, warga bisa melindungi diri dan lingkungannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun