Mohon tunggu...
Lutfillah Ulin Nuha
Lutfillah Ulin Nuha Mohon Tunggu... Founder Neptunus Kreativa Publishing

Tumbuh sehebat do'a ibu | Menjadi ruang bagi ide-ide yang dianggap terlalu idealis untuk dunia yang sibuk menghitung untung-rugi |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Gotong Royong Hilang, Apakah Siskamling Jawabannya?

12 September 2025   07:16 Diperbarui: 12 September 2025   07:16 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret kebersamaan dalam Siskamling (Foto : Ilustrasi AI)

Menyelaraskan Tradisi dengan Inovasi

Meski demikian, siskamling masa kini tentu tidak bisa dipraktikkan persis seperti dahulu. Ia perlu disesuaikan dengan realitas zaman. Jadwal ronda bisa dibuat fleksibel sesuai kondisi warga, melibatkan karang taruna atau organisasi masyarakat setempat. Pos ronda bisa dilengkapi CCTV sederhana, lampu sensor, atau sistem komunikasi berbasis grup WhatsApp untuk koordinasi cepat. Dengan begitu, tradisi lama dipadukan dengan inovasi baru.

Lebih jauh lagi, pos ronda bisa dikembangkan menjadi pusat kegiatan sosial, bisa berupa tempat belajar bersama anak-anak, tempat diskusi warga, bahkan ruang kreativitas pemuda. Dengan cara ini, siskamling tidak hanya seeadar menjadi rutinitas yang membosankan, melainkan wadah untuk memperkuat kehidupan sosial.

Menghidupkan kembali siskamling bukanlah sekadar romantisme terhadap masa lalu. Ia adalah jawaban atas kebutuhan nyata masyarakat hari ini. Di tengah ketidakpastian, meningkatnya kriminalitas, dan melemahnya ikatan sosial, siskamling hadir sebagai pengingat bahwa keamanan bukan hanya tugas aparat, melainkan tanggung jawab bersama.

Jika kita ingin lingkungan yang aman sekaligus hangat, maka pos ronda harus kembali menyala. Kentongan harus kembali berdentum. Dan yang paling penting, hati warga harus kembali terikat dalam semangat gotong royong.

Cerita Pendek : Kentongan Tengah Malam

Malam itu kampung tampak sunyi. Lampu jalan hanya beberapa yang menyala redup. Di pos ronda ujung gang, tiga orang duduk melingkar. Ada Pak Samin, lelaki tua yang sudah pensiun dari pekerjaannya di kota; Budi, pemuda yang baru pulang kerja shift sore; dan Fajar, mahasiswa yang sedang liburan kuliah.

Suara kentongan "tong-tong-tong" dipukul pelan, tanda giliran jaga dimulai.

"Kalau dulu, begini ini rame," kata Pak Samin sambil menyeruput kopi hitam. "Anak-anak muda suka nongkrong, ngobrol, kadang sampai main catur sampai pagi. Sekarang, orang lebih betah dengan HP-nya masing-masing."

Budi tertawa kecil. "Ya, Pak. Zaman sudah beda. Tapi tetap saja, kalau ada maling, nggak bisa kita lawan pakai HP doang."

Mereka terdiam sejenak. Angin malam berembus, membawa suara jangkrik. Dari kejauhan, terdengar motor melintas. Budi spontan berdiri, menatap ke ujung jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun