Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kunang-kunang di Pekuburan

16 Desember 2022   20:52 Diperbarui: 18 Desember 2022   22:10 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kunang-kunang. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Namun sebenarnya, Barat belum selesai membaca bukunya saat itu. Sesuatu datang di dalam kepalanya, sesuatu yang lain dari biasanya. Tiba-tiba saja sosok itu mengatakan sesuatu dengan sebuah nada. Sebuah simfoni, yang mendorong Barat untuk ingin mati. Dan itu membuatnya menutup buku dengan menitikkan air mata.

Saya setiap malam datang ke kuburannya Barat, semata-mata didorong oleh perasaan rindu yang amat menyesakkan. Betapa saya tergugah dengan kehidupan seorang yang buta itu. 

Dia selalu merasa hidupnya ramai, "duniamu ini begitu sepi," katanya, "aku sudah menjalani bisingnya hari-hari di dalam sini," Barat menunjuk kepalanya, "tidakkah kau merasa begitu?"

"Hanya di sana, kita merasa damai."

Itu yang membuat saya jatuh cinta kepada dia. Tapi karena cara jatuh cinta kami berbeda, maka Barat tak bisa membalas cinta saya. Dan setiap malam saya mendambakan dia untuk bangkit dari kuburnya, dan tersenyum kepada saya.

Tak ada salahnya kan untuk mempercayai sesuatu yang seperti itu? Lagipula pekuburan tampak cantik setiap malam. Ada seribu kunang-kunang yang bernyanyi. Dan itu membuat semuanya terasa ramai.[]

Padang, 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun