Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kunang-kunang di Pekuburan

16 Desember 2022   20:52 Diperbarui: 18 Desember 2022   22:10 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kunang-kunang. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Jelas itu adalah sebuah kejeniusan. Pernah kau berpikir bahwa dunia ini terlalu menyenangkan untuk dijalani karena kita hidup penuh dengan kontradiksi? Begitupun dengan kejeniusan Barat. 

Satu kontradiksi, dan itu menyenangkan untuk sebuah kejeniusan. Dia adalah manusia pencipta. Tak ada yang bisa mengalahkan Barat dalam mencipta. Tapi, kenapa dia masih hidup sampai sekarang? 

Enteng, saat kali kedua dia melakukannya, dan orang-orang kembali menyelamatkannya lagi, karena yang Barat tidak tahu, saat Barat menggantungkan lehernya di kamar, jendelanya terbuka, dan seorang warga menengoknya. Saat itulah Barat tertawa, dia baru memahami satu hal. 

Satu-satunya kekacauan yang bisa dimunculkan untuk dunia yang ada di kepalanya adalah dengan menciptakan orang-orang yang kacau. Sejatinya dunia yang indah hanya akan kacau karena adanya manusia.

Jadi begitulah, setiap kali Barat merenung, cekikikan seorang diri, atau tertawa, bahkan sampai mengernyitkan dahinya, itu dia sedang menikmati dunia di dalam kepalanya. Seperti berjalan di antara bangunan-bangunan yang melayang, melihat seorang penjual rokok, atau naik mobil terbang, atau meninju seorang anak kecil yang rewel. Maka, jangan diganggu.

 Barat sekarang hidup sendirian. Ibu tirinya meninggal satu bulan lalu. Barat menangis. Menangis karena kematian begitu indah. Dia mengecup kening ibu tirinya dengan terharu dan berbisik ke telinganya, bahwa suatu hari Barat akan menyusulnya. 

Dia melakukan semuanya seorang diri, masak, berak, cebok, apapun hal yang dilakukan manusia biasa, dia bisa melakukannya. 

Kecuali menyeberang. Dia tidak bisa melakukan itu, bukan karena dia takut mati ditabrak, dia hanya takut orang-orang akan merasa bersalah karena sudah menabraknya. Sebuah penderitaan batin yang tak tergantikan, itu katanya.

Bahkan untuk seorang yang buta, Barat pernah jatuh cinta. Tentu kepada lawan jenis. Dia tidak mengerti kenapa ada orang yang jatuh cinta dengan sejenisnya, tentunya itu adalah sebuah penyimpangan. 

Karena semua sudah menjadi hukumnya, bahwa kutub utara hanya akan menyatu dengan selatan, bahwa kunci hanya akan menyatu dengan gagang pintu, bahwa laki-laki hanya akan sempurna dengan adanya perempuan. Begitupun sebaliknya. Tapi, cara Barat jatuh cinta tentu berbeda dengan kita. 

Dia tidak tahu bahwa cinta hanya akan menjadi begitu indah karena adanya seks. Dia tidak pernah melakukannya, yang dia tahu bahwa ada sesuatu di hatinya, ketika dia bertemu dengan wanita itu, perutnya bergetar-getar, berpusing seperti pusaran air di tengah laut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun